DOHA – Pemerintah Qatar mengungkapkan kecaman keras terhadap ketidakpedulian komunitas internasional terhadap serangan “bom pager” yang terjadi di Lebanon, yang dilakukan oleh Israel.
Dalam dua hari berturut-turut, pada Selasa dan Rabu, ribuan perangkat pager dan walkie-talkie meledak secara bersamaan di seluruh Lebanon, menewaskan 37 orang dan melukai sekitar 3.250 lainnya.
Berbagai media melaporkan, berdasarkan informasi dari sumber keamanan dan para ahli, bahwa serangkaian ledakan tersebut merupakan operasi dari Mossad yang menargetkan kelompok Hizbullah. Sayangnya, banyak warga sipil, termasuk anak-anak, juga menjadi korban.
Menteri Negara untuk Kerja Sama Internasional di Kementerian Luar Negeri Qatar, Lolwah Al-Khater, menyoroti hal ini dalam pernyataannya. Ia mengungkapkan, “Penggunaan perangkat sehari-hari sebagai bom waktu adalah skenario yang mengerikan, dan lebih mengkhawatirkan adalah ketidakpedulian terhadapnya.”
Dalam sebuah unggahan di X, Al-Khater menyatakan: “Reaksi yang ‘dingin’ atau bahkan tidak adanya tindakan terhadap #PagerAttack di #Lebanon oleh komunitas internasional sangat mengejutkan.”
“Isu ini bukan hanya tentang Lebanon atau Israel, tetapi melibatkan dimensi baru dalam konflik modern,” tambahnya.
“Bom-bom yang menyerang tanpa pandang bulu ini melukai dan membunuh orang-orang di ruang publik. Kapan ini menjadi sesuatu yang dapat diterima?” tegasnya.
Ia juga menekankan pentingnya regulasi dalam perang modern: “Meskipun ada argumen bahwa peperangan dapat memiliki beberapa alasan yang sah, perang tetap harus diatur oleh hukum dan norma yang berlaku. Tanpa itu, kita akan memasuki lereng licin yang sangat berbahaya, di mana batasan tidak lagi ada.”
Sementara itu, Israel, seperti biasanya, tidak mengakui maupun membantah keterlibatannya dalam serangan bom pager tersebut.
Menurut laporan New York Times, serangan brutal ini telah direncanakan selama 15 tahun. Mossad diduga telah memasarkan pager dan walkie-talkie palsu yang telah dilengkapi dengan alat peledak, menyamar sebagai produk dari berbagai negara, dan menyebarkannya di Lebanon.