Pada 5 Desember 2024, China mengumumkan kebijakan baru yang melarang ekspor bahan baku penting untuk pembuatan chip semikonduktor. Langkah ini merupakan respons terhadap sanksi yang diterapkan oleh Amerika Serikat (AS) terhadap industri teknologi China, yang semakin memperburuk ketegangan perdagangan antara kedua negara.
Kebijakan ini diambil setelah AS memperketat sanksi terhadap perusahaan-perusahaan teknologi China, terutama yang berhubungan dengan produksi chip semikonduktor. Sanksi tersebut bertujuan untuk membatasi akses China terhadap teknologi yang dapat digunakan dalam pengembangan senjata dan kecerdasan buatan. Sebagai balasan, China memutuskan untuk membatasi ekspor bahan baku chip yang sangat dibutuhkan dalam industri global, termasuk untuk produksi smartphone dan perangkat lainnya.
Langkah China ini diprediksi akan menambah ketegangan dalam pasar global semikonduktor, yang sudah terganggu oleh pandemi dan krisis rantai pasokan. Beberapa negara besar, termasuk AS, Jepang, dan Korea Selatan, sangat bergantung pada bahan baku yang berasal dari China. Dengan larangan ekspor ini, negara-negara tersebut mungkin akan mengalami keterlambatan dalam produksi dan pengiriman chip, yang bisa memengaruhi berbagai sektor industri, dari elektronik hingga otomotif.
Di sisi lain, meskipun kebijakan ini dapat memperburuk hubungan perdagangan dengan AS dan sekutunya, kebijakan ini juga dapat memperkuat posisi China dalam industri teknologi global. Dengan mengontrol bahan baku chip, China dapat mempercepat pengembangan teknologi domestik dan mengurangi ketergantungan pada impor dari negara-negara Barat. Ini bisa mempercepat upaya China untuk menjadi pemimpin dalam industri semikonduktor global.
Sebagai respons terhadap langkah China ini, beberapa negara, terutama AS dan sekutunya, mulai mencari alternatif sumber bahan baku chip, termasuk melalui peningkatan investasi dalam industri semikonduktor domestik. AS sendiri berencana untuk mengurangi ketergantungan pada China dengan membangun fasilitas produksi chip di dalam negeri. Namun, upaya tersebut membutuhkan waktu dan investasi besar.
Langkah China ini memiliki potensi untuk menciptakan ketegangan lebih lanjut dalam hubungan internasional dan dapat menyebabkan pergeseran besar dalam industri teknologi global. Meskipun China mendapat keuntungan dari mengurangi ketergantungan pada ekspor bahan baku chip, langkah ini berisiko memicu perang dagang yang lebih intensif dan merugikan bagi ekonomi dunia dalam jangka panjang.
Larangan ekspor bahan baku chip oleh China sebagai respons terhadap sanksi AS memperburuk ketegangan perdagangan internasional, terutama di industri teknologi. Langkah ini tidak hanya memengaruhi pasar semikonduktor global tetapi juga memicu upaya negara-negara besar untuk mengurangi ketergantungan mereka terhadap China dalam rantai pasokan chip.