Pada 7 November 2024, hasil Pemilu Presiden Amerika Serikat (AS) yang memenangkan Donald Trump kembali memicu perbincangan global, terutama mengenai dampaknya terhadap konflik yang sedang berlangsung di Gaza. Kemenangan Trump diyakini dapat membawa perubahan signifikan dalam kebijakan luar negeri AS, yang dapat memengaruhi dinamika hubungan internasional terkait krisis Gaza dan Palestina.
Selama masa kepresidenannya yang pertama, Donald Trump dikenal dengan kebijakan luar negeri yang sangat mendukung Israel, termasuk pengakuan terhadap Yerusalem sebagai ibu kota Israel dan pemindahan kedutaan besar AS ke kota tersebut. Kemenangan Trump diperkirakan akan memperkuat dukungan AS terhadap Israel, yang mungkin meningkatkan ketegangan dengan Palestina dan negara-negara Arab. Langkah ini dapat memperburuk situasi di Gaza yang sudah terperangkap dalam konflik berkepanjangan.
Bagi banyak pengamat, kembalinya Trump ke Gedung Putih berpotensi memicu eskalasi ketegangan di Gaza dan sekitarnya. Kebijakan-kebijakan yang lebih berpihak pada Israel dapat menambah ketidakpercayaan di kalangan kelompok-kelompok pro-Palestina, yang melihat langkah AS sebagai dukungan terhadap dominasi Israel atas wilayah Palestina. Ini bisa memperburuk situasi kemanusiaan yang sudah kritis di Gaza, tempat di mana lebih dari dua juta orang Palestina hidup di bawah blokade yang ketat.
Kemenangan Trump juga memberi tantangan diplomatik bagi pemerintahan AS dalam meredakan ketegangan di Timur Tengah. Banyak negara Arab, terutama yang telah melakukan normalisasi hubungan dengan Israel, mungkin akan menantikan pendekatan yang lebih bijaksana dari AS. Jika Trump melanjutkan kebijakan kontroversialnya, ini dapat mempengaruhi hubungan AS dengan sekutu-sekutu Arab dan negara-negara besar lainnya di kawasan, termasuk Iran.
Reaksi dunia internasional terhadap kemenangan Trump juga berpotensi mengubah pandangan terhadap upaya perdamaian di Timur Tengah. Negara-negara Uni Eropa, Rusia, dan organisasi internasional seperti PBB kemungkinan akan berusaha untuk mendekati AS dengan pendekatan diplomatik baru guna meredakan ketegangan yang ditimbulkan oleh kebijakan luar negeri Trump. Namun, pandangan skeptis terhadap kebijakan AS yang dianggap tidak netral terhadap Palestina masih akan terus ada.
Kemenangan Donald Trump di Pilpres AS 2024 kemungkinan besar akan memengaruhi dinamika politik global, terutama terkait konflik Gaza. Dengan kecenderungannya yang sangat pro-Israel, Trump berpotensi memperburuk ketegangan di Timur Tengah dan memperpanjang krisis kemanusiaan di Gaza. Dampaknya terhadap proses perdamaian dan stabilitas kawasan sangat bergantung pada langkah-langkah diplomatik yang diambil oleh AS dan negara-negara terkait dalam merespons kebijakan luar negeri yang kontroversial ini.