Pemerintah Siapkan Keppres NEPIO, Langkah Awal Menuju PLTN Indonesia

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, tengah bersiap menyerahkan izin prakarsa rancangan Keputusan Presiden (Keppres) terkait pembentukan Badan Organisasi Nuklir atau Nuclear Energy Program Implementation Organization (NEPIO). Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), Eniya Listiani Dewi, mengungkapkan bahwa rancangan Keppres tersebut telah berada di meja Menteri ESDM dan dalam waktu dekat akan diajukan kepada Presiden Prabowo Subianto untuk mendapatkan persetujuan lebih lanjut.

Struktur organisasi NEPIO telah dipersiapkan oleh Kementerian ESDM, mencakup berbagai kementerian terkait, dan dirancang sebagai satuan tugas yang memungkinkan Menteri ESDM untuk lebih aktif dalam mengawasi serta mengoordinasikan program tenaga nuklir. Keppres NEPIO ini diprioritaskan lebih dulu dibandingkan dengan Rancangan Undang-Undang Energi Baru dan Energi Terbarukan (RUU EBET), guna mempercepat pembentukan regulasi yang mendukung pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).

Menurut Eniya, PLTN pertama di Indonesia ditargetkan beroperasi pada tahun 2032 dengan kapasitas awal sebesar 250 megawatt (MW). Saat ini, pengembangan PLTN masih berada pada tahap awal sesuai dengan pedoman dari Badan Tenaga Atom Internasional atau International Atomic Energy Agency (IAEA). Setelah Keppres NEPIO disahkan, pengembangan infrastruktur PLTN akan memasuki fase berikutnya, yaitu menetapkan komitmen pemerintah terhadap energi nuklir.

Dalam struktur NEPIO, nantinya akan dibentuk tiga kelompok kerja utama. Kelompok pertama bertugas mengidentifikasi perencanaan jangka panjang. Kelompok kedua fokus pada aspek operasional serta pembangkitan energi. Sementara itu, kelompok ketiga menangani aspek regulasi, keamanan, serta penerimaan masyarakat terhadap proyek PLTN. Dengan adanya Keppres ini, pemerintah berharap dapat mempercepat langkah menuju pemanfaatan energi nuklir yang aman dan berkelanjutan di Indonesia.

Australia Investasi USD8 Juta di Dana Iklim Indonesia untuk Dukung Transisi Energi dan Keberlanjutan

Dana investasi berdampak terkemuka asal Australia, Australian Development Investments (ADI), baru-baru ini mengumumkan komitmen investasi sebesar USD8 juta (sekitar Rp10 miliar) untuk mendukung Dana Iklim dan Keberlanjutan yang dikelola oleh AC Ventures, sebuah perusahaan modal ventura Indonesia. Dana tersebut akan difokuskan pada berbagai sektor seperti energi terbarukan, kendaraan listrik, efisiensi energi, pengelolaan limbah dan ekonomi sirkular, serta pertanian cerdas iklim, dengan target pengurangan emisi CO2 sebesar 10 megaton.

Ini adalah investasi perdana ADI melalui KINETIK – Kemitraan Iklim, Energi Terbarukan, dan Infrastruktur antara Australia dan Indonesia. Kuasa Usaha Kedutaan Besar Australia, Gita Kamath, menyatakan bahwa investasi ini akan membantu AC Ventures dalam mengidentifikasi, berinvestasi, serta mendukung bisnis yang berada di garis depan transisi energi. “Australia berkomitmen untuk mendukung investasi yang memberikan keuntungan finansial serta dampak positif di bidang iklim, gender, dan pembangunan di Indonesia,” kata Gita Kamath.

Helen Wong, Managing Partner di AC Ventures, juga menyoroti pentingnya kemitraan ini sebagai bukti meningkatnya kesadaran akan pentingnya investasi berfokus iklim. Menurutnya, kolaborasi ini berpotensi mendorong perubahan besar menuju masa depan yang lebih berkelanjutan. Pengumuman ini berlangsung bersamaan dengan kunjungan delegasi investor Australia ke Indonesia, termasuk investor besar seperti Macquarie Group, ANZ Bank, dan Aspen Medical, yang juga tertarik pada sektor-sektor lain seperti perawatan kesehatan, logistik, energi, serta pertambangan. “Kami ingin investor Australia memanfaatkan berbagai peluang investasi di Indonesia, termasuk dana ventura berdampak seperti yang dikelola oleh AC Ventures,” tambah Jennifer Westacott, Australia’s Business Champion for Indonesia. Australia telah berinvestasi lebih dari USD4,3 miliar di Indonesia dalam sepuluh tahun terakhir dan berkomitmen untuk menginvestasikan lebih dari USD500 juta setiap tahunnya.