Sucor AM Dorong Investor Pahami Arah Kebijakan Baru untuk Strategi Investasi Cerdas

PT Sucorinvest Asset Management (Sucor AM) mengajak masyarakat dan para investor untuk lebih memahami arah kebijakan pemerintahan baru serta dinamika makroekonomi demi menemukan peluang investasi yang tepat. CEO Sucor AM, Jemmy Paul Wawointana, menekankan pentingnya memahami transisi nasional dan kondisi global yang memengaruhi arah pasar keuangan di Indonesia. Dalam keterangannya di Jakarta, Jemmy menyampaikan bahwa perubahan kebijakan domestik dan internasional, termasuk suku bunga global, tarif Amerika Serikat, dan ketegangan geopolitik, turut membentuk strategi investasi masa depan.

Menurutnya, dalam situasi yang penuh ketidakpastian, investor sangat memerlukan arahan objektif dan strategi yang dapat diandalkan. Perubahan dalam kebijakan The Fed, perang dagang, hingga pergeseran tren global turut memberi dampak terhadap kondisi ekonomi domestik yang kini semakin kompleks. Hal ini disampaikan Jemmy dalam acara The Sucor Stage bertajuk Market Outlook 2025: Navigating Investments in New Regime, yang diselenggarakan di Jakarta pada 17 April 2025.

Dalam forum tersebut, Head of Fixed Income Research Mandiri Sekuritas, Handy Yunianto, menyampaikan pandangan positif terhadap obligasi, karena rendahnya kepemilikan asing yang hanya sekitar 14 persen. Sementara itu, Wakil Komisaris Utama PT Bank Syariah Indonesia, Adiwarman Karim, mengingatkan pentingnya pemahaman fundamental dalam berinvestasi dan tidak sekadar mengikuti tren pasar.

Fund manager Sucor AM juga menekankan pentingnya investasi yang sesuai dengan profil risiko dan tujuan jangka waktu investor. Beberapa produk andalan yang direkomendasikan meliputi Sucorinvest Equity Fund (SEF), Sucorinvest Money Market Fund (SMMF), Sucorinvest Monthly Income Fund (SMIF), dan Sucor IDX30 Fund. Dengan dana kelolaan mencapai Rp26,7 triliun per Maret 2025 dan lebih dari 2,2 juta investor, Sucor AM terus berupaya memperluas penetrasi pasar di Indonesia.

Pemerintah Gelar Lelang SUN, Targetkan Dana Rp26 Triliun

Pemerintah mengadakan lelang Surat Utang Negara (SUN) pada hari ini dengan target indikatif sebesar Rp26 triliun. Berdasarkan keterangan dari Direktorat Jenderal Pembiayaan dan Pengelolaan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan di Jakarta, lelang dimulai pukul 09.00 WIB dan ditutup pada 11.00 WIB, dengan penyelesaian transaksi dijadwalkan pada Kamis, 20 Maret 2025.

Dalam lelang ini, terdapat delapan seri SUN yang ditawarkan, yakni SPN03250618 (penerbitan baru), SPN12260305 (pembukaan kembali), serta enam seri lainnya yang terdiri dari FR0104, FR0103, FR0106, FR0107, FR0102, dan FR0105. Dua seri SPN ditawarkan dengan tingkat kupon diskonto dan memiliki jatuh tempo masing-masing pada 18 Juni 2025 dan 5 Maret 2026. Sementara itu, seri lainnya memiliki tingkat kupon yang bervariasi, mulai dari 6,5 persen hingga 7,125 persen, dengan jatuh tempo yang berbeda-beda hingga tahun 2064.

Setiap unit SUN yang dilelang memiliki nilai nominal Rp1 juta, dan pemerintah berhak menjual seri-seri tersebut dengan jumlah lebih besar atau lebih kecil dari target awal yang telah ditentukan. Hasil dari lelang ini akan dialokasikan untuk memenuhi sebagian kebutuhan pembiayaan dalam APBN 2025.

Sepanjang Januari hingga Februari 2025, pemerintah telah mencatat pembiayaan utang baru sebesar Rp224,3 triliun atau setara dengan 28,9 persen dari target dalam APBN yang mencapai Rp775,9 triliun. Pendanaan tersebut bersumber dari penerbitan surat berharga negara (SBN) senilai Rp238,8 triliun, sementara pinjaman neto mengalami defisit sebesar Rp14,4 triliun. Wakil Menteri Keuangan Thomas Djiwandono menegaskan bahwa pengelolaan pembiayaan APBN akan tetap dijalankan dengan prinsip kehati-hatian serta mempertimbangkan efisiensi anggaran dan kondisi pasar keuangan.