Wamenaker Marah Lihat Driver Ojol Terima ‘THR’ Hanya Rp 50.000: “Ini Keputusan Serakah!”

Wakil Menteri Ketenagakerjaan, Immanuel Ebenezer Gerungan, atau yang sering disapa Noel, mengungkapkan rasa kecewanya terhadap penyedia layanan aplikasi ojek online (ojol) terkait dengan pemberian bonus hari raya (BHR). Ia merasa geram karena jumlah BHR yang diterima beberapa pengemudi ojol hanya sebesar Rp 50.000.

Noel menilai bahwa pencairan BHR yang hanya sebesar itu menggambarkan sikap serakah dari pihak aplikator yang lebih mementingkan keuntungan perusahaan mereka sendiri.

“Saya benar-benar kesal soal BHR ini. Mereka itu serakah,” ujar Noel singkat usai mengikuti acara open house di rumah dinas Menteri Investasi dan Hilirisasi, Rosan Roeslani, pada Selasa (1/4/2025).

Ia kemudian menegaskan kembali, “Aplikator itu serakah.”

Noel juga menyatakan bahwa pihaknya akan segera memanggil para penyedia layanan ojol untuk dimintai penjelasan mengenai masalah BHR ini, meski ia belum mengungkapkan rencana lebih lanjut terkait hal tersebut.

Sebelumnya, Noel memang sudah menyatakan niatnya untuk memanggil aplikator guna meminta klarifikasi mengenai pemberian BHR. Ia ingin memastikan bahwa informasi yang diterima Kementerian Ketenagakerjaan bersifat lengkap dan seimbang.

“Kami ingin mendapatkan gambaran yang jelas, jadi kami akan meminta klarifikasi dari para aplikator atau platform digital. Mereka harus menjelaskan mengapa hal ini bisa terjadi,” ujar Noel dalam sebuah postingan di Instagram resmi Kemnaker (@kembaker) pada Kamis (27/3).

Menurutnya, aplikator memiliki sistem kategori yang menentukan besaran BHR yang diberikan kepada para pengemudi ojol, sehingga pihaknya merasa perlu untuk meminta konfirmasi langsung kepada mereka agar informasi yang diperoleh lebih akurat.

“Kami juga ingin tahu bagaimana kategori-kategori tersebut diterapkan. Kami butuh penjelasan lebih lanjut dari pihak aplikator,” tambah Noel.

Dengan perubahan ini, teks tetap mempertahankan makna dan informasi yang sama, tetapi diungkapkan dengan cara yang berbeda.

Mendorong Pertumbuhan Kewirausahaan: Menaker Ida Fauziyah Ajak Wirausaha TKM Berkontribusi untuk Kesempatan Kerja

Jakarta – Dalam upaya memperluas kesempatan kerja di Indonesia, Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziyah memberikan sorotan khusus pada pertumbuhan jumlah wirausaha yang dihasilkan melalui Program Tenaga Kerja Mandiri (TKM) Pemula dan TKM Lanjutan. Menurut Menaker, peningkatan jumlah wirausaha ini tidak hanya menciptakan tenaga kerja mandiri yang produktif, tetapi juga memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional.

Dalam sebuah keterangan resmi yang diterima di Jakarta pada hari Jumat, Menaker Ida Fauziyah menjelaskan bahwa bertambahnya wirausaha mampu membuka peluang kerja yang lebih luas. “Program TKM Pemula dan Lanjutan adalah transformasi dari program perluasan kesempatan kerja yang dilakukan oleh Kementerian Ketenagakerjaan secara efektif dan berkelanjutan,” ungkapnya saat membuka acara business matching di Solo, Jawa Tengah, pada 26 September 2024.

Menaker juga mengacu pada data Kementerian Koperasi dan UKM yang menunjukkan bahwa pada tahun 2023, terdapat sekitar 66 juta unit pelaku usaha UMKM di Indonesia. Kontribusi sektor ini mencapai 61 persen dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Indonesia atau setara dengan Rp9.580 triliun. Lebih dari itu, sektor UMKM menyerap sekitar 117 juta tenaga kerja, atau 97 persen dari total angkatan kerja di Indonesia.

Ida Fauziyah menekankan bahwa usaha mikro memiliki peran yang sangat vital dalam perekonomian. Dari 66 juta pelaku usaha, sebanyak 98,7 persen merupakan usaha mikro. Hanya 1,22 persen yang termasuk usaha kecil, 0,10 persen usaha menengah, dan hanya 0,01 persen usaha besar. “Kontribusi Anda semua luar biasa, jauh lebih signifikan dibandingkan dengan pengusaha-pengusaha besar,” ujarnya.

Namun, Menaker juga mengakui bahwa ada tantangan bagi wirausaha untuk meningkatkan kelas usaha mereka. Tantangan tersebut mencakup berbagai aspek, seperti inovasi dan teknologi, literasi digital, produktivitas, perizinan, pembiayaan, branding, pemasaran, sumber daya manusia, serta standardisasi dan sertifikasi. “Setiap tantangan ini membutuhkan strategi dan kerja keras untuk mengatasinya,” tambahnya.

Melalui program business matching yang telah dilaksanakan beberapa kali, Menaker berharap dapat menjadi puncak dari Program TKM. Kegiatan ini bertujuan untuk mengembangkan jaringan kemitraan usaha, dengan mempertemukan wirausaha dengan pelaku usaha besar serta lembaga keuangan, agar terbentuk kemitraan yang saling menguntungkan.

“Dengan adanya kemitraan ini, diharapkan para wirausaha dapat mengakses berbagai sumber daya yang diperlukan untuk mengembangkan usaha mereka,” jelas Menaker Ida Fauziyah.

Kegiatan ini juga merupakan bentuk dukungan pemerintah dalam menciptakan iklim usaha yang lebih baik, sehingga wirausaha dapat tumbuh dan berkembang lebih pesat. Dalam jangka panjang, diharapkan wirausaha TKM dapat menjadi pendorong utama dalam menciptakan lapangan kerja yang berkualitas di Indonesia.

Dengan semangat dan dukungan yang tepat, wirausahawan di tanah air dapat berkontribusi lebih banyak lagi dalam memperkuat perekonomian Indonesia, sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Menaker berharap bahwa dengan langkah-langkah yang diambil saat ini, Indonesia dapat mencapai visi menjadi negara yang mandiri dan berdaya saing tinggi di kancah global.