Pertamina Diprioritaskan Kelola Kilang Jumbo, Pemerintah Bahas Skema Pengelolaan

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menegaskan bahwa PT Pertamina (Persero) akan menjadi prioritas utama dalam pengelolaan kilang minyak berkapasitas besar yang direncanakan memiliki total produksi hingga 1 juta barel per hari. Pemerintah saat ini masih merancang skema pengelolaan kilang tersebut, yang dipertimbangkan akan mendapatkan pendanaan dari Danantara Indonesia. Namun, sebagai perusahaan BUMN yang bergerak di sektor energi, Pertamina tentu memiliki peluang besar untuk menjadi pengelola utama.

Saat ditemui di TBBM Tanjung Gerem, Cilegon, Banten, Kamis (13/3), Bahlil menegaskan bahwa pembangunan kilang dalam negeri menjadi langkah strategis untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas produk olahan minyak mentah. Selain itu, proyek ini juga bertujuan mengurangi ketergantungan terhadap impor bahan bakar minyak (BBM) dan produk petrokimia. Pemerintah ingin memastikan bahwa Indonesia memiliki kilang sendiri guna menjamin stabilitas pasokan energi di masa depan.

Sebelumnya, pemerintah melakukan perubahan rencana terkait kapasitas kilang yang akan dibangun. Semula, proyek ini hanya ditargetkan mampu mengolah 500 ribu barel minyak per hari, tetapi dalam rapat terbatas yang berlangsung di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Senin (10/3), diputuskan untuk meningkatkan kapasitasnya menjadi 1 juta barel per hari. Keputusan ini diambil sebagai bagian dari strategi mengurangi impor minyak yang saat ini mencapai angka tersebut.

Bahlil juga menyampaikan bahwa proyek pembangunan kilang ini akan tersebar di beberapa wilayah Indonesia, termasuk Kalimantan, Jawa, Sulawesi, Maluku, dan Papua. Langkah ini bertujuan untuk mendorong pemerataan industri serta mendukung pertumbuhan ekonomi di berbagai daerah. Dengan adanya kilang berkapasitas besar ini, pemerintah berharap dapat memperkuat ketahanan energi nasional dan meningkatkan efisiensi industri pengolahan minyak dalam negeri.

Pasar Finansial Berfluktuasi, Inflasi AS Melandai dan Sektor Teknologi Mendominasi

Data inflasi Amerika Serikat yang dirilis Rabu malam memberikan kejutan positif bagi pasar dengan angka yang lebih rendah dari ekspektasi. Inflasi tahunan tercatat sebesar 2,8 persen, sementara Core CPI mencapai 3,1 persen. Kedua angka ini menandai level terendah sejak lonjakan inflasi pada April 2021, mengindikasikan tekanan harga mulai mereda. Namun, meskipun inflasi melambat, ekspektasi terhadap pemangkasan suku bunga The Fed justru mengalami penurunan. Sebelumnya, pasar memperkirakan pemangkasan suku bunga sebesar 73 basis poin, tetapi kini hanya sekitar 67 basis poin, mencerminkan kehati-hatian investor terhadap kebijakan moneter ke depan.

Respons pasar saham terhadap data ini bervariasi. Indeks Dow Jones melemah 0,2 persen, sementara S&P 500 menguat 0,49 persen, dan Nasdaq melonjak 1,2 persen. Saham teknologi kembali menjadi sorotan, dengan Nvidia naik 6,4 persen dan Tesla melonjak 7,5 persen, mencerminkan optimisme pasar terhadap sektor ini. Sebaliknya, saham Walmart terkoreksi 2,6 persen dan Apple turun 1,7 persen, menunjukkan adanya rotasi sektor di mana investor lebih memilih saham dengan prospek pertumbuhan lebih tinggi.

Di pasar komoditas, data stok minyak mentah dari EIA mencatat kenaikan yang lebih rendah dari perkiraan. Stok minyak naik 1,448 juta barel, di bawah estimasi 2,001 juta barel, mendorong harga minyak mentah naik 1,66 persen ke level 67,41 dolar AS per barel. Sementara itu, emas sempat berfluktuasi sebelum akhirnya menembus level resistance di 2.930 dolar, dengan harga saat ini mencapai 2.940 dolar per ons. Di Indonesia, harga emas ANTM juga mengalami kenaikan sebesar Rp12.000 menjadi Rp1.714.000 per gram.

Di tengah dinamika global, ketegangan antara Rusia dan Ukraina kembali meningkat setelah Amerika Serikat mengusulkan gencatan senjata selama 30 hari. Ukraina menyetujui proposal tersebut, tetapi Presiden Rusia Vladimir Putin mengajukan syarat tambahan yang sulit diterima, yaitu penyerahan wilayah baru sebagai bagian dari kesepakatan. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menolak syarat tersebut, yang semakin memperpanjang ketidakpastian geopolitik.

Sementara itu, pasar saham Indonesia bergerak berlawanan dengan indeks AS. IHSG yang dibuka menguat kemudian melemah karena rotasi sektor di dalam negeri. Jika IHSG mampu menembus level 6.682, maka ada potensi menguji level 6.686 hingga 6.762 dalam waktu dekat. Dengan sektor teknologi yang masih mendominasi dan sektor konsumsi mulai menunjukkan tren positif, investor terus memantau peluang di tengah volatilitas global yang masih tinggi.