Temui JICA, Menaker Bahas Peningkatan Target Penempatan PMI di Jepang

Menteri Ketenagakerjaan Indonesia, Ida Fauziyah, mengadakan pertemuan penting dengan perwakilan Japan International Cooperation Agency (JICA) di Tokyo, Jepang. Pertemuan ini membahas peningkatan target penempatan Pekerja Migran Indonesia (PMI) di Jepang, khususnya di sektor-sektor strategis yang saat ini tengah kekurangan tenaga kerja. JICA sebagai badan pemerintah Jepang yang mengurus kerjasama internasional, menunjukkan komitmen kuat dalam mendukung program ini.

Dalam pertemuan tersebut, Menaker Ida Fauziyah menyampaikan bahwa peluang kerja di Jepang bagi PMI terus mengalami peningkatan, terutama di sektor kesehatan, teknologi informasi, serta manufaktur. Jepang yang sedang mengalami krisis tenaga kerja akibat populasi yang menua, membutuhkan banyak pekerja asing terampil. Program pelatihan yang difasilitasi JICA juga diharapkan dapat meningkatkan keterampilan calon PMI, sehingga lebih siap bekerja sesuai standar yang dibutuhkan.

Menaker mengungkapkan bahwa pemerintah Indonesia berencana meningkatkan jumlah penempatan PMI di Jepang hingga 30% dalam lima tahun ke depan. “Kami berkomitmen untuk memberikan pelatihan berkualitas kepada calon PMI, agar mereka memiliki keterampilan yang kompetitif di pasar kerja Jepang. Selain itu, kami juga mendorong peningkatan kerjasama dengan JICA dalam hal pengembangan kapasitas dan sertifikasi tenaga kerja,” ujar Ida Fauziyah.

Selain membahas peningkatan jumlah, Menaker juga menekankan pentingnya kualitas dan perlindungan PMI di Jepang. Pemerintah Indonesia ingin memastikan bahwa PMI yang bekerja di luar negeri mendapatkan hak-hak mereka dengan baik dan terjamin kesejahteraannya. Dalam hal ini, JICA berperan aktif dalam membantu pengawasan dan evaluasi terhadap perusahaan-perusahaan yang mempekerjakan PMI.

Dengan pertemuan ini, diharapkan kerjasama Indonesia dan Jepang di bidang ketenagakerjaan semakin erat dan terstruktur. Menaker berharap bahwa penempatan PMI di Jepang tidak hanya memberi manfaat ekonomi bagi kedua negara, tetapi juga menjadi platform pengembangan keterampilan bagi para pekerja Indonesia.