Pemerintah Prioritaskan Migas dalam Gelombang Pertama Pendanaan Danantara

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menegaskan bahwa proyek-proyek di sektor minyak dan gas bumi (migas) akan menjadi prioritas utama dalam gelombang pertama pendanaan Badan Pengelolaan Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara). Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), Eniya Listiani Dewi, mengungkapkan bahwa sesuai arahan Menteri ESDM Bahlil Lahadalia, percepatan proyek migas lebih diprioritaskan sebelum melanjutkan pendanaan untuk proyek energi baru dan terbarukan (EBET).

Alasan utama pemerintah mendahulukan sektor migas adalah minimnya pasokan gas yang diperlukan untuk mendukung percepatan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL). Selain itu, dalam masa transisi energi, ketersediaan gas yang mencukupi sangat diperlukan untuk menjamin stabilitas suplai energi nasional. Di sisi lain, pemerintah masih mengidentifikasi proyek EBET yang layak mendapatkan pendanaan dari Danantara, dengan mempertimbangkan status investasi proyek-proyek yang telah berjalan.

Salah satu proyek utama yang masuk dalam gelombang pertama pendanaan adalah pembangunan kilang minyak yang kapasitasnya ditingkatkan dari 500 ribu barel per hari menjadi 1 juta barel per hari. Proyek ini merupakan bagian dari rencana hilirisasi tahap pertama yang mendapat alokasi investasi sebesar 40 miliar dolar AS, dengan target hilirisasi keseluruhan senilai 618 miliar dolar AS pada 2025. Selain kilang, proyek besar lainnya mencakup pembangunan fasilitas penyimpanan minyak di Pulau Nipah, Kepulauan Riau, untuk memperkuat ketahanan energi nasional, serta hilirisasi Dimethyl Ether (DME) berbasis batu bara sebagai substitusi impor LPG.

Selain sektor energi, program hilirisasi juga akan menyentuh sektor lain seperti tembaga, nikel, bauksit alumina, serta sektor pertanian, perikanan, dan kehutanan. Pemerintah berharap langkah ini dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan ketahanan energi nasional.

Australia Investasi USD8 Juta di Dana Iklim Indonesia untuk Dukung Transisi Energi dan Keberlanjutan

Dana investasi berdampak terkemuka asal Australia, Australian Development Investments (ADI), baru-baru ini mengumumkan komitmen investasi sebesar USD8 juta (sekitar Rp10 miliar) untuk mendukung Dana Iklim dan Keberlanjutan yang dikelola oleh AC Ventures, sebuah perusahaan modal ventura Indonesia. Dana tersebut akan difokuskan pada berbagai sektor seperti energi terbarukan, kendaraan listrik, efisiensi energi, pengelolaan limbah dan ekonomi sirkular, serta pertanian cerdas iklim, dengan target pengurangan emisi CO2 sebesar 10 megaton.

Ini adalah investasi perdana ADI melalui KINETIK – Kemitraan Iklim, Energi Terbarukan, dan Infrastruktur antara Australia dan Indonesia. Kuasa Usaha Kedutaan Besar Australia, Gita Kamath, menyatakan bahwa investasi ini akan membantu AC Ventures dalam mengidentifikasi, berinvestasi, serta mendukung bisnis yang berada di garis depan transisi energi. “Australia berkomitmen untuk mendukung investasi yang memberikan keuntungan finansial serta dampak positif di bidang iklim, gender, dan pembangunan di Indonesia,” kata Gita Kamath.

Helen Wong, Managing Partner di AC Ventures, juga menyoroti pentingnya kemitraan ini sebagai bukti meningkatnya kesadaran akan pentingnya investasi berfokus iklim. Menurutnya, kolaborasi ini berpotensi mendorong perubahan besar menuju masa depan yang lebih berkelanjutan. Pengumuman ini berlangsung bersamaan dengan kunjungan delegasi investor Australia ke Indonesia, termasuk investor besar seperti Macquarie Group, ANZ Bank, dan Aspen Medical, yang juga tertarik pada sektor-sektor lain seperti perawatan kesehatan, logistik, energi, serta pertambangan. “Kami ingin investor Australia memanfaatkan berbagai peluang investasi di Indonesia, termasuk dana ventura berdampak seperti yang dikelola oleh AC Ventures,” tambah Jennifer Westacott, Australia’s Business Champion for Indonesia. Australia telah berinvestasi lebih dari USD4,3 miliar di Indonesia dalam sepuluh tahun terakhir dan berkomitmen untuk menginvestasikan lebih dari USD500 juta setiap tahunnya.