Ginting Absen di All England 2025, Fokus Pulihkan Cedera dan Siap untuk Turnamen Selanjutnya

Pebulu tangkis tunggal putra Indonesia, Anthony Sinisuka Ginting, dipastikan absen dari ajang prestisius BWF World Tour Super 1000 All England 2025. Keputusan ini diambil karena Ginting masih dalam proses pemulihan cedera lengan yang sempat menghambat performanya. Ketua Bidang Pembinaan dan Prestasi Pelatnas PBSI, Eng Hian, menjelaskan bahwa meskipun kondisi Ginting telah membaik, ia membutuhkan persiapan yang lebih matang sebelum kembali ke turnamen besar. Demi menghindari risiko cedera yang bisa kambuh, PBSI memutuskan untuk melakukan langkah preventif dengan mempersiapkan kondisi Ginting secara maksimal agar bisa tampil optimal di kompetisi mendatang.

Diperkirakan Ginting baru akan kembali berlaga dalam Badminton Asia Championships 2025 yang dijadwalkan berlangsung pada 8-13 April. Sementara itu, All England 2025 akan diselenggarakan lebih awal, yakni pada 11-16 Maret di Utilita Arena, Birmingham, Inggris. Tahun lalu, Indonesia sukses membawa pulang dua gelar dari ajang tersebut berkat kemenangan Jonatan Christie di sektor tunggal putra dan pasangan Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto di ganda putra. Sementara itu, Ginting harus puas dengan posisi runner-up setelah kalah dari Jonatan dengan skor 15-21, 14-21.

Dengan absennya Ginting, Indonesia tetap mengirimkan 14 atlet untuk bersaing di All England 2025. Sektor tunggal putra akan diwakili oleh Jonatan Christie dan Chico Aura Dwi Wardoyo, sedangkan tunggal putri diperkuat Gregoria Mariska Tunjung dan Putri Kusuma Wardani. Di nomor ganda putra, terdapat tiga pasangan yang siap bertarung, yakni Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, Bagas Maulana/Leo Rolly Carnando, serta Daniel Marthin/Muhammad Shohibul Fikri. Sementara itu, sektor ganda putri akan diperkuat oleh Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti dan Febriana Dwipuji Kusuma/Amalia Cahaya Pratiwi. Eng Hian menegaskan bahwa harapan besar tidak hanya tertuju pada Jonatan dan Fajar/Rian, tetapi juga kepada seluruh atlet elite Indonesia agar bisa menunjukkan performa terbaik mereka di ajang bergengsi ini.

Apriyani Rahayu Bangkit! Kembali ke Arena Bersama Fadia di Orleans Masters 2025

Pebulu tangkis spesialis ganda putri, Apriyani Rahayu, siap kembali berkompetisi di panggung bulu tangkis dunia setelah absen hampir enam bulan akibat cedera. Bersama rekannya, Siti Fadia Silva Ramadhanti, ia akan berlaga di BWF World Tour Super 300 Orleans Masters 2025 yang berlangsung pada 4-9 Maret di Palais des Sports, Orleans, Prancis. Turnamen ini menjadi ajang comeback bagi Apriyani setelah terakhir kali tampil di Olimpiade Paris 2024. Ia mengakui bahwa tantangan terbesar yang dihadapinya adalah membangun kembali kepercayaan diri dan kesiapan mental setelah lama tidak bertanding.

Selama Apriyani absen, Fadia terus berkompetisi dengan pasangan berbeda. Ia sempat berduet dengan Lanny Tria Mayasari di sektor ganda putri serta Dejan Ferdinansyah di sektor ganda campuran. Hasilnya cukup mengesankan, dengan raihan gelar juara bersama Lanny dan posisi runner-up bersama Dejan di Super 300 Thailand Masters 2025. Kini, dengan kembalinya Apriyani, pasangan Apri/Fadia kembali dipersiapkan untuk menghadapi tur Eropa yang meliputi Orleans Masters, Super 1000 All England, dan Super 300 Swiss Open.

Sejak dipasangkan pada 2022, Apriyani/Fadia telah menunjukkan performa luar biasa, termasuk meraih emas SEA Games 2021 serta tiga gelar juara di tur BWF. Namun, cedera Apriyani membuat performa mereka merosot, terutama di Olimpiade Paris 2024, di mana mereka gagal melaju dari fase grup. Kini, Apriyani menegaskan dirinya telah pulih sepenuhnya dan siap bersaing di level tertinggi. Dengan peringkat yang turun ke posisi 30 dunia, mereka hadir di Orleans Masters 2025 tanpa status unggulan dan berpotensi menghadapi lawan berat sejak awal, termasuk pasangan top seperti Baek Ha-na/Lee So-hee dan Chen Qingchen/Wang Tingge.

Apriyani/Fadia akan memulai perjuangan mereka dengan menghadapi pasangan Taiwan, Sung Shou-yun/Yu Chien-hui, di babak pertama. Selain mereka, Indonesia juga mengirim sejumlah wakil lainnya, termasuk Meilysa Trias Puspitasari/Rachel Allessya Rose di ganda putri serta beberapa pasangan di sektor ganda campuran dan tunggal. Dengan semangat baru, Apriyani bertekad untuk kembali ke performa terbaiknya dan membuktikan bahwa mereka masih menjadi salah satu pasangan terbaik di dunia.

PBSI Siapkan Atlet Terbaik untuk BWF All England 2025

Persiapan atlet bulu tangkis Indonesia menuju BWF World Tour Super 1000 All England 2025 semakin matang. Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI, Eng Hian, menyatakan bahwa sebagian besar pemain telah mencapai standar fisik yang ditetapkan. Bagi mereka yang belum memenuhi parameter, program khusus telah disiapkan guna meningkatkan kondisi fisik mereka sebelum bertanding di Utilita Arena Birmingham, Inggris, pada 11-16 Maret. Dalam turnamen ini, Indonesia menargetkan hasil optimal dengan mengirimkan 15 atlet, termasuk dua juara bertahan, Jonatan Christie di sektor tunggal putra serta pasangan Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto di ganda putra.

Jonatan Christie, yang akrab disapa Jojo, sukses meraih gelar juara pada edisi sebelumnya setelah mengalahkan Anthony Sinisuka Ginting dengan skor 21-15, 21-14 di final. Sementara itu, Fajar/Rian mempertahankan gelar mereka dengan menundukkan pasangan Malaysia Aaron Chia/Soh Wooi Yik dengan skor 21-16, 21-16. Selain mereka, Indonesia juga mengandalkan pemain lain seperti Anthony Ginting, Chico Aura Dwi Wardoyo, Gregoria Mariska Tunjung, Putri Kusuma Wardani, serta pasangan ganda dari berbagai sektor. Eng Hian berharap seluruh pemain elite dapat menampilkan permainan terbaik dan meraih prestasi tertinggi.

All England merupakan turnamen bulu tangkis tertua di dunia, yang telah berlangsung selama 126 tahun sejak pertama kali digelar pada 1899. Indonesia memiliki sejarah panjang dalam ajang ini, dimulai dengan kemenangan Tan Joe Hok pada 1959 di sektor tunggal putra. Sementara itu, Rudy Hartono menjadi pemain tersukses Indonesia dengan delapan gelar juara, termasuk tujuh kali berturut-turut dari 1968 hingga 1974. Selain itu, pasangan Tjun Tjun/Johan Wahjudi juga mencatat sejarah dengan enam gelar juara di sektor ganda putra pada era 1970-an.

Tim Bulu Tangkis Indonesia Borong Empat Gelar di Singapore International Challenge 2025

Tim bulu tangkis Indonesia tampil gemilang dengan meraih empat gelar juara pada ajang Singapore International Challenge 2025, yang berlangsung pada 18–23 Februari di SBH East Coast @ Expo, Singapura. Selain itu, Tim Merah-Putih juga membawa pulang dua gelar runner-up, menunjukkan dominasi mereka di turnamen ini.

Pada laga final yang digelar Minggu (23/2), Indonesia menurunkan enam wakilnya di partai puncak. Pertandingan dimulai dengan kemenangan pasangan ganda campuran Bobby Setiabudi/Melati Daeva Oktavianti, yang sukses mengatasi perlawanan pasangan Thailand, Phuwanat Horbanleukit/Fungfa Korpthammakit. Bobby/Melati memastikan kemenangan dalam dua gim langsung dengan skor 21-19, 21-16.

Di sektor tunggal putri, Ruzana yang menempati unggulan ketujuh berhasil meraih gelar juara setelah menundukkan unggulan keempat asal India, Unnati Hooda. Ruzana tampil solid dan menang dengan skor 21-17, 21-16.

Namun, keberhasilan Bobby/Melati dan Ruzana tidak diikuti oleh pasangan ganda putri Siti Sarah Azzahra/Agnia Sri Rahayu. Mereka harus puas dengan posisi runner-up setelah dikalahkan pasangan Korea Selatan, Jang Eun Seo/Lee Seo Jin, melalui pertarungan sengit tiga gim yang berakhir 17-21, 21-15, 14-21.

Di sektor tunggal putra, terjadi all Indonesian final yang mempertemukan Moh. Zaki Ubaidillah dan Prahdiska Bagas Shujiwo. Pertarungan sesama wakil Indonesia ini dimenangkan oleh Ubaidillah dalam dua gim langsung dengan skor 21-15, 21-17. Gelar ini menjadi prestasi perdana bagi Ubaidillah di tahun 2025.

“Alhamdulillah, saya bersyukur bisa meraih gelar pertama di tahun ini. Meski juara, saya akan terus berusaha meningkatkan fisik, mental, dan keberanian saat bertanding,” ujar Ubaidillah.

Pelatih tim Indonesia, Indra Widjaja, turut mengapresiasi kerja keras para atletnya, terutama sektor tunggal putra yang mampu menunjukkan performa maksimal di setiap laga. Ia optimistis prestasi ini akan menjadi pijakan untuk menembus turnamen-level utama ke depannya.

Pesta kemenangan Indonesia ditutup oleh pasangan debutan ganda putra, Raymond Indra/Nikolaus Joaquin. Mereka meraih kemenangan dramatis saat menghadapi pasangan tuan rumah Singapura, Eng Keat Wesley Koh/Junsuke Kubo. Setelah bertarung sengit selama tiga gim, Raymond/Joaquin memastikan gelar juara dengan skor tipis 21-18, 18-21, 22-20.

“Kami sangat bersyukur atas kemenangan ini. Awalnya tidak menyangka bisa meraih gelar juara di turnamen pertama sebagai pasangan. Kunci kemenangan kami adalah bermain lepas dan percaya pada kemampuan diri sendiri, sesuai arahan pelatih,” kata Joaquin.

Dengan hasil ini, Indonesia membuktikan kekuatan bulu tangkisnya di kancah internasional. Raihan empat gelar juara dan dua runner-up di Singapore International Challenge 2025 menjadi modal berharga untuk menghadapi turnamen-turnamen berikutnya.

Fajar/Rian Bidik Hattrick All England 2025, Fokus Pertahankan Tahta Ganda Putra

Ganda putra andalan Indonesia, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, tengah mempersiapkan diri jelang turnamen bulu tangkis prestisius HSBC BWF World Tour Super 1000 All England yang akan berlangsung di Utilita Arena Birmingham, Inggris, pada 11-16 Maret 2025.

Pasangan peringkat keempat dunia ini menargetkan untuk mempertahankan gelar sekaligus mencetak hattrick juara di turnamen bulu tangkis tertua tersebut. “Setiap turnamen pasti ingin hasil terbaik. Setelah tahun lalu juara, semoga tahun ini bisa meraih gelar ketiga,” ujar Fajar saat latihan di Pelatnas PBSI Cipayung, Jakarta, Rabu (19/2).

Dalam dua edisi sebelumnya, Fajar/Rian tampil dominan. Pada tahun 2023, Fajar/Rian sukses meraih gelar juara setelah menaklukkan pasangan senior Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan dengan skor 21-17, 21-14. Setahun berikutnya, mereka kembali mempertahankan gelar dengan mengalahkan wakil Malaysia, Aaron Chia/Soh Wooi Yik, melalui pertandingan dua gim langsung yang berakhir 21-16, 21-16.

Meski percaya diri, Fajar/Rian menyadari persaingan di sektor ganda putra semakin sengit. Kehadiran pasangan muda berbakat, terutama dari China dan Malaysia, menjadi tantangan tersendiri. “Usai Olimpiade Paris 2024, sejumlah pasangan muda berusia 20-an mulai menunjukkan performa gemilang. Persaingannya pasti lebih sulit, apalagi kami juga sudah tidak muda lagi,” tambah Fajar.

Dalam rangkaian tur Eropa tahun ini, terdapat empat turnamen, yaitu All England (Super 1000), German Open, Orleans Masters, dan Swiss Open (ketiganya Super 300). Namun, PBSI memutuskan Fajar/Rian hanya tampil di All England sebagai bagian dari strategi menghadapi jadwal padat sepanjang musim 2025.

Berdasarkan regulasi BWF, pemain peringkat 15 besar sektor tunggal dan 10 besar sektor ganda diwajibkan mengikuti minimal 12 turnamen setiap tahun, yang meliputi empat turnamen Super 1000, enam turnamen Super 750, serta dua turnamen dari kategori Super 500.

“PBSI sudah menyusun jadwal dari awal tahun hingga akhir. Kami wajib ikut sekitar 12 turnamen, belum termasuk Piala Sudirman dan Kejuaraan Asia. Totalnya bisa mencapai 15-16 turnamen,” jelas Fajar.

Kendati absen dari turnamen Super 300 di tur Eropa, Fajar/Rian tetap membuka peluang tampil di kategori tersebut jika diperlukan untuk menambah poin peringkat atau memastikan tiket ke World Tour Finals. “Kalau di tengah musim kami butuh tambahan poin, tentu bisa saja turun di Super 300 atau Super 500,” pungkas Fajar.

PBSI Siapkan 15 Atlet Unggulan untuk Kejayaan di All England 2025

Pengurus Pusat Persatuan Bulu Tangkis Indonesia (PP PBSI) mengumumkan bahwa mereka akan mengirimkan 15 atlet terbaik untuk berlaga di turnamen prestisius HSBC BWF World Tour Super 1000 All England 2025 yang akan berlangsung di Utilita Arena, Birmingham, Inggris, pada 11-16 Maret.

Ketua Bidang Pembinaan dan Prestasi Pelatnas PBSI, Eng Hian, menegaskan bahwa mereka akan berusaha keras untuk mengulang kesuksesan tahun lalu dengan meraih gelar juara. “Kami berharap bisa meraih hasil terbaik dan kembali menjadi juara, seperti yang kami lakukan pada tahun sebelumnya,” ujar Eng Hian dalam sebuah keterangan pers pada hari Selasa.

Para atlet yang dipersiapkan untuk turnamen ini antara lain Jonathan Christie, Anthony Sinisuka Ginting, dan Chico Aura Dwi Wardoyo untuk sektor tunggal putra. Sementara itu, untuk tunggal putri, terdapat Gregoria Mariska Tunjung dan Putri Kusuma Wardani.

Di sektor ganda putra, Indonesia akan menurunkan Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, Bagas Maulana/Leo Rolly Carnando, serta Daniel Marthin/M Shohibul Fikri. Sedangkan, untuk ganda putri, pasangan yang akan berjuang adalah Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti dan Febriana Dwipuji Kusuma/Amalia Cahaya Pratiwi.

Eng Hian berharap agar para atlet dapat tampil maksimal dan konsisten dalam tur Eropa yang akan datang. Mengingat All England adalah salah satu dari empat turnamen bergengsi di BWF Tour, PBSI menargetkan untuk kembali meraih gelar juara di ajang tersebut.

Dalam tiga edisi terakhir, Indonesia selalu berhasil membawa pulang minimal satu gelar, termasuk pada tahun 2022 ketika pasangan ganda putra Muhammad Shohibul Fikri/Bagas Maulana menjuarai turnamen ini setelah mengalahkan Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan dengan skor 21-19, 21-13. Tahun berikutnya, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto juga berhasil meraih juara setelah mengalahkan Ahsan/Setiawan dengan skor 21-17, 21-14.

Pada tahun 2024, Indonesia kembali mencatatkan dua gelar juara, masing-masing melalui tunggal putra Jonatan Christie dan pasangan ganda putra Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto.

Gagal Juara di Awal 2025, Ganda Putra Indonesia Siap Bangkit di All England dan Swiss Open

Awal tahun 2025 menjadi tantangan bagi ganda putra Indonesia, termasuk pasangan Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto. Mereka gagal meraih gelar juara dalam empat turnamen awal musim, yaitu Malaysia Open, India Open, Indonesia Masters, dan Thailand Masters. Padahal, sektor ganda putra biasanya menjadi salah satu andalan dalam turnamen bulu tangkis dunia.

Dari keempat turnamen tersebut, pencapaian terbaik wakil Indonesia hanyalah mencapai final di Indonesia Masters (Super 500) dan Thailand Masters (Super 300). Sayangnya, belum ada gelar juara yang berhasil dibawa pulang.

Pelatih kepala ganda putra PBSI, Antonius Budi Ariantho, menilai bahwa performa anak asuhnya sebenarnya mulai menunjukkan peningkatan seiring berjalannya turnamen. Namun, beberapa kendala masih menjadi penghambat, terutama terkait dengan persiapan.

“Sejak awal tahun ada masa peralihan kepengurusan PBSI yang membuat para atlet mengalami libur panjang. Hal ini sedikit mengganggu persiapan mereka,” ujar Anton saat ditemui di Jakarta Timur.

Ia juga menyoroti kondisi Fajar/Rian, yang baru mulai berlatih kembali pada 26 Desember 2024 dan langsung menghadapi jadwal padat tanpa latihan intensif.

“Setelah libur panjang, mereka langsung berangkat ke Malaysia dan India tanpa latihan yang cukup. Mereka hanya bertanding terus-menerus hingga ke Indonesia Masters. Akibatnya, fisik mereka belum sepenuhnya siap menghadapi tiga turnamen berturut-turut,” lanjutnya.

Meski demikian, Anton tetap mengapresiasi pencapaian para pemainnya. Ia melihat bahwa secara mental, mereka sudah cukup baik dalam menghadapi tekanan di lapangan. Namun, untuk menghadapi turnamen berikutnya di All England (11-16 Maret) dan Swiss Open, masih ada beberapa aspek yang harus ditingkatkan.

Menurutnya, daya tahan dan kekuatan fisik menjadi faktor utama yang perlu diperbaiki. “Power dan endurance, termasuk kekuatan otot dan stamina, harus ditingkatkan. Dari segi skill dan teknik, pemain Indonesia sudah cukup merata, tetapi fisik masih harus diperbaiki,” kata Anton.

Dengan waktu persiapan yang lebih panjang, sekitar satu bulan, ia optimistis ganda putra Indonesia bisa tampil lebih maksimal di turnamen Eropa mendatang.

“Mudah-mudahan persiapan kali ini bisa lebih baik sehingga kami bisa tampil optimal di All England dan Swiss Open,” tutupnya.