China Harap Donald Trump Pilih Kerja Sama, Bukan Konfrontasi

Kementerian Luar Negeri China menyatakan harapannya agar Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump, memilih untuk bekerja sama dengan China daripada mengambil sikap konfrontatif. Pernyataan ini disampaikan menjelang pelantikan Trump dan mencerminkan keinginan Beijing untuk memulai hubungan yang lebih positif dengan Washington.

Hubungan antara China dan Amerika Serikat telah mengalami banyak pasang surut dalam beberapa tahun terakhir, terutama selama masa kepresidenan Trump sebelumnya. Ketegangan terjadi akibat berbagai isu, termasuk perdagangan, teknologi, dan hak asasi manusia. Dalam konteks ini, pernyataan dari Kementerian Luar Negeri China menunjukkan bahwa Beijing berusaha untuk memperbaiki hubungan dan menghindari konflik lebih lanjut. Ini mencerminkan kesadaran kedua negara akan pentingnya kolaborasi untuk stabilitas global.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Mao Ning, menekankan bahwa perkembangan hubungan yang stabil dan sehat antara kedua negara akan menguntungkan kedua belah pihak. Dia menyatakan, “Kami selalu percaya bahwa kerja sama lebih menguntungkan dibandingkan konfrontasi.” Pernyataan ini menunjukkan harapan China untuk menciptakan lingkungan yang lebih kondusif bagi dialog dan kerjasama di masa mendatang.

Mao Ning juga menegaskan pentingnya prinsip saling menghormati dan hidup berdampingan secara damai dalam menjalin hubungan internasional. Dia menambahkan bahwa kedua negara harus mampu mengelola perbedaan dengan baik, termasuk isu sensitif seperti Taiwan. Ini mencerminkan pendekatan diplomatik yang diambil oleh China dalam menghadapi tantangan dalam hubungan bilateral.

Kedua negara memiliki ekonomi terbesar di dunia, sehingga hubungan mereka sangat berpengaruh terhadap perekonomian global. Kerja sama yang baik antara AS dan China diharapkan dapat memberikan dampak positif tidak hanya bagi kedua negara tetapi juga bagi stabilitas ekonomi dunia. Ini menunjukkan bahwa keputusan politik di tingkat tinggi dapat memengaruhi banyak aspek kehidupan sehari-hari di seluruh dunia.

Dengan pelantikan Donald Trump yang semakin dekat, semua pihak berharap agar kedua negara dapat menemukan jalan untuk bekerja sama demi kepentingan bersama. Diharapkan bahwa pemimpin baru AS akan mempertimbangkan kembali pendekatan mereka terhadap China dan memilih dialog serta kolaborasi daripada konfrontasi. Keberhasilan dalam membangun hubungan yang konstruktif akan menjadi indikator penting bagi masa depan diplomasi antara AS dan China.

Negara Korea Selatan Desak Rusia Akhiri Kerja Sama Militer Dengan Korea Utara

Pada 16 Desember 2024, pemerintah Korea Selatan mengeluarkan pernyataan resmi yang mendesak Rusia untuk segera menghentikan segala bentuk kerja sama militer dengan Korea Utara. Desakan ini muncul di tengah ketegangan yang terus meningkat di kawasan Semenanjung Korea, di mana hubungan militer yang lebih erat antara Rusia dan Korea Utara telah memicu kekhawatiran di banyak negara, termasuk Korea Selatan dan sekutunya, Amerika Serikat.

Beberapa bulan terakhir, laporan-laporan mengindikasikan bahwa Rusia dan Korea Utara semakin mempererat hubungan militer mereka, termasuk kerja sama dalam pengadaan senjata dan teknologi pertahanan. Hal ini menarik perhatian internasional, karena Korea Utara sudah lama terisolasi akibat sanksi internasional atas program nuklir dan misilnya. Kerja sama dengan Rusia dianggap bisa memperkuat kemampuan militer Korea Utara, yang menambah kekhawatiran Korea Selatan tentang potensi ancaman.

Pemerintah Korea Selatan sangat khawatir bahwa kerja sama militer antara Rusia dan Korea Utara dapat memperburuk ketegangan di wilayah tersebut. Mereka menilai, semakin dekatnya hubungan kedua negara tersebut berisiko menambah ketidakstabilan di Semenanjung Korea. Korea Selatan juga khawatir bahwa aliran senjata dan teknologi militer ke Korea Utara dapat memperburuk situasi dalam perundingan nuklir dengan negara-negara besar.

Meskipun Korea Selatan menyuarakan keprihatinannya, Rusia sejauh ini belum memberikan tanggapan resmi terhadap desakan tersebut. Rusia sendiri telah mempertahankan kebijakan luar negeri yang mendekatkan diri dengan Korea Utara sebagai bagian dari strategi untuk memperluas pengaruhnya di kawasan Asia. Moscow menganggap hubungan ini penting sebagai bagian dari menanggapi kebijakan Barat yang dianggap merugikan kepentingan Rusia.

Korea Selatan mengharapkan agar masyarakat internasional, termasuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), bisa ikut campur dalam menekan Rusia untuk menghentikan kerja sama militer dengan Korea Utara. Pemerintah Seoul menyerukan langkah-langkah diplomatik yang lebih intensif, termasuk melalui jalur multilateral, untuk mengurangi ketegangan di kawasan dan memastikan bahwa kerja sama militer yang dapat menambah eskalasi tidak terjadi.

Desakan Korea Selatan kepada Rusia untuk mengakhiri kerja sama militer dengan Korea Utara mencerminkan kekhawatiran serius terhadap stabilitas kawasan. Dengan meningkatnya kerja sama pertahanan antara kedua negara, Korea Selatan memandang bahwa langkah-langkah diplomatik harus segera diambil untuk mencegah ancaman lebih besar. Di sisi lain, respon Rusia terhadap desakan ini akan menjadi faktor penting dalam menentukan arah hubungan internasional dan keamanan di kawasan Asia Timur.