Pasar Finansial Berfluktuasi, Inflasi AS Melandai dan Sektor Teknologi Mendominasi

Data inflasi Amerika Serikat yang dirilis Rabu malam memberikan kejutan positif bagi pasar dengan angka yang lebih rendah dari ekspektasi. Inflasi tahunan tercatat sebesar 2,8 persen, sementara Core CPI mencapai 3,1 persen. Kedua angka ini menandai level terendah sejak lonjakan inflasi pada April 2021, mengindikasikan tekanan harga mulai mereda. Namun, meskipun inflasi melambat, ekspektasi terhadap pemangkasan suku bunga The Fed justru mengalami penurunan. Sebelumnya, pasar memperkirakan pemangkasan suku bunga sebesar 73 basis poin, tetapi kini hanya sekitar 67 basis poin, mencerminkan kehati-hatian investor terhadap kebijakan moneter ke depan.

Respons pasar saham terhadap data ini bervariasi. Indeks Dow Jones melemah 0,2 persen, sementara S&P 500 menguat 0,49 persen, dan Nasdaq melonjak 1,2 persen. Saham teknologi kembali menjadi sorotan, dengan Nvidia naik 6,4 persen dan Tesla melonjak 7,5 persen, mencerminkan optimisme pasar terhadap sektor ini. Sebaliknya, saham Walmart terkoreksi 2,6 persen dan Apple turun 1,7 persen, menunjukkan adanya rotasi sektor di mana investor lebih memilih saham dengan prospek pertumbuhan lebih tinggi.

Di pasar komoditas, data stok minyak mentah dari EIA mencatat kenaikan yang lebih rendah dari perkiraan. Stok minyak naik 1,448 juta barel, di bawah estimasi 2,001 juta barel, mendorong harga minyak mentah naik 1,66 persen ke level 67,41 dolar AS per barel. Sementara itu, emas sempat berfluktuasi sebelum akhirnya menembus level resistance di 2.930 dolar, dengan harga saat ini mencapai 2.940 dolar per ons. Di Indonesia, harga emas ANTM juga mengalami kenaikan sebesar Rp12.000 menjadi Rp1.714.000 per gram.

Di tengah dinamika global, ketegangan antara Rusia dan Ukraina kembali meningkat setelah Amerika Serikat mengusulkan gencatan senjata selama 30 hari. Ukraina menyetujui proposal tersebut, tetapi Presiden Rusia Vladimir Putin mengajukan syarat tambahan yang sulit diterima, yaitu penyerahan wilayah baru sebagai bagian dari kesepakatan. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menolak syarat tersebut, yang semakin memperpanjang ketidakpastian geopolitik.

Sementara itu, pasar saham Indonesia bergerak berlawanan dengan indeks AS. IHSG yang dibuka menguat kemudian melemah karena rotasi sektor di dalam negeri. Jika IHSG mampu menembus level 6.682, maka ada potensi menguji level 6.686 hingga 6.762 dalam waktu dekat. Dengan sektor teknologi yang masih mendominasi dan sektor konsumsi mulai menunjukkan tren positif, investor terus memantau peluang di tengah volatilitas global yang masih tinggi.

IHSG Menguat Didukung Saham Teknologi di Tengah Ketidakpastian Global

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore ditutup menguat, didorong oleh kenaikan signifikan pada saham sektor teknologi. IHSG naik 119,20 poin atau 1,82 persen ke level 6.665,05, sementara indeks LQ45 juga mengalami kenaikan 15,90 poin atau 2,17 persen ke posisi 747,93. Para investor tetap berhati-hati dalam mengambil keputusan mengingat ketidakpastian ekonomi global akibat kenaikan tarif perdagangan.

Kanada telah menerapkan tarif sebesar 21 miliar dolar AS terhadap barang-barang impor dari Amerika Serikat sebagai respons terhadap kebijakan bea masuk baja dan aluminium yang diberlakukan oleh Presiden Trump. Langkah serupa juga telah dilakukan Uni Eropa dengan mengenakan tarif balasan senilai 28 miliar dolar AS sejak April 2024. Sementara itu, data Indeks Harga Konsumen (IHK) AS menunjukkan inflasi utama meningkat 0,2 persen secara bulanan (mtm) dan 2,8 persen secara tahunan (yoy) pada Februari 2024, lebih rendah dari proyeksi sebelumnya.

Pelaku pasar masih memperkirakan pemangkasan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin oleh Federal Reserve pada Juni 2025, dengan total penurunan sekitar 70 basis poin sepanjang tahun. Dalam perdagangan hari ini, sektor teknologi mencatat kenaikan tertinggi sebesar 6,09 persen, diikuti sektor barang konsumsi primer yang naik 0,18 persen. Sebaliknya, sektor properti mengalami penurunan terdalam sebesar 1,35 persen, disusul sektor industri dan transportasi & logistik yang masing-masing turun 0,91 persen dan 0,79 persen.

Saham yang mencatat kenaikan tertinggi di antaranya INAI, MINE, SMDM, MTFN, dan AKSI, sedangkan saham yang mengalami pelemahan terbesar adalah MINA, RELI, DADA, BEER, dan JSPT. Volume perdagangan saham mencapai 15,63 miliar lembar dengan total nilai transaksi sebesar Rp8,84 triliun. Sebanyak 307 saham menguat, 334 saham melemah, dan 316 saham stagnan. Di pasar regional Asia, indeks Nikkei turun 0,08 persen ke 36.790,03, indeks Shanghai melemah 0,39 persen ke 3.358,73, sementara indeks Kuala Lumpur dan Straits Times mencatatkan kenaikan tipis masing-masing 1,70 persen dan 0,12 persen.