OJK Ubah Aturan ARB dan Buyback, Wujudkan Pasar Modal yang Lebih Seimbang dan Stabil

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melalui Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon, Inarno Djajadi, mengumumkan penyesuaian batasan auto rejection bawah (ARB) menjadi 15 persen. Langkah ini diambil sebagai bentuk keseimbangan antara perlindungan terhadap investor dan efisiensi pasar. Inarno menyampaikan bahwa kebijakan ini telah melalui kajian yang matang dan diputuskan dalam Rapat Dewan Komisioner Bulanan (RKDB) Maret 2025 di Jakarta. Ia menekankan bahwa situasi pasar saat ini jauh lebih stabil dibandingkan saat pandemi COVID-19, sehingga dibutuhkan ruang yang lebih longgar untuk menjaga likuiditas dan kestabilan harga.

Penyesuaian juga diberlakukan terhadap aturan penghentian sementara perdagangan (trading halt) oleh Bursa Efek Indonesia (BEI). Jika Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun lebih dari 8 persen, maka trading halt berlaku selama 30 menit. Jika penurunan berlanjut hingga 15 persen, diberlakukan tambahan 30 menit, dan apabila anjlok lebih dari 20 persen, maka perdagangan dapat disuspensi hingga akhir sesi dengan persetujuan OJK.

Selain itu, OJK dan BEI sepakat menunda implementasi short selling serta mengizinkan buyback saham tanpa perlu RUPS. Mengacu pada POJK No. 13 Tahun 2023, perusahaan terbuka dapat melakukan buyback selama kondisi pasar bergejolak. Hingga 9 April 2025, sebanyak 21 emiten berencana melakukan buyback senilai total Rp14,97 triliun, dengan realisasi sementara Rp429,72 miliar. OJK menegaskan akan terus memantau perkembangan pasar demi menjaga stabilitas keuangan nasional.

Fokus Prabowo pada Ketahanan Pangan, Investor Pasar Saham Cemas?

Presiden Prabowo Subianto menegaskan bahwa ketahanan pangan menjadi prioritas utama pemerintahannya, meskipun hal itu dapat berdampak pada fluktuasi pasar saham. Sikap ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan analis pasar modal yang menilai bahwa ketidakpedulian terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bisa berdampak pada stagnasi ekonomi. Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, menilai Prabowo seharusnya menyeimbangkan perhatian antara kebutuhan masyarakat bawah dan investasi sektor atas, termasuk pasar modal. Menurutnya, jika pemerintah terlalu berfokus pada konsumsi masyarakat tanpa mempertimbangkan investasi, pertumbuhan ekonomi bisa terhambat.

Ibrahim menyoroti pentingnya dukungan investor dalam mewujudkan program-program pemerintah seperti Makan Bergizi Gratis dan Danantara. Jika investasi tidak diperhatikan, target pertumbuhan ekonomi 8 persen yang diharapkan Prabowo mungkin sulit tercapai. Selain itu, ia menekankan bahwa stabilitas ekonomi dan kepastian hukum adalah faktor utama bagi investor dalam menanamkan modalnya di Indonesia. Untuk itu, ia menyarankan agar pemerintah mendorong stimulus ekonomi yang mencakup berbagai sektor agar pertumbuhan ekonomi tidak mandek di angka 5 persen.

Sementara itu, analis pasar modal dari Panin Sekuritas, Felix Darmawan, menilai pernyataan Prabowo yang mengesampingkan pasar saham dapat menurunkan kepercayaan investor. Hal ini bisa memberikan kesan bahwa stabilitas pasar saham bukan prioritas, sehingga investor lokal maupun asing menjadi lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan. Meskipun ketahanan pangan dan energi memang penting, Felix berpendapat bahwa fluktuasi pasar saham tetap perlu diperhatikan karena berpengaruh terhadap stabilitas ekonomi jangka panjang.

Dalam Sidang Kabinet di Istana Negara, Prabowo menegaskan bahwa ketahanan pangan lebih penting daripada pergerakan pasar saham. Baginya, selama pasokan pangan masyarakat tetap terjamin, negara akan tetap stabil meskipun harga saham mengalami naik turun. Pernyataan ini menegaskan komitmen Prabowo dalam menjaga kebutuhan dasar rakyat di tengah perubahan ekonomi global yang tidak menentu.

IHSG Berpeluang Menguat, Saham Perbankan dan Energi Jadi Sorotan

Head of Research Retail MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana alias Didit, menyampaikan bahwa jika Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu menembus level 6.682, maka masih ada peluang untuk menguji area penguatan terdekat di kisaran 6.686 hingga 6.762. Namun, jika gagal melewati level tersebut, IHSG masih berisiko terkoreksi ke rentang 6.408 hingga 6.484. Lebih lanjut, Didit menambahkan bahwa IHSG berpotensi bergerak dalam rentang level support di 6.361 atau 6.246, sementara level resistance berada di kisaran 6.698 hingga 6.818.

Sejumlah saham direkomendasikan MNC Sekuritas untuk dicermati dalam perdagangan hari ini. Salah satunya adalah PT AKR Corporindo Tbk (AKRA), yang mengalami kenaikan 1,95 persen ke level 1.305 dengan volume pembelian yang cukup kuat. Saham ini masih memiliki peluang untuk melanjutkan penguatan dengan target harga di kisaran 1.350 hingga 1.415, sementara level stoploss berada di bawah 1.230. Selain itu, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) juga menunjukkan pergerakan positif dengan kenaikan 2,64 persen ke level 3.890. Meski masih ada potensi koreksi dalam skenario tertentu, jika BBRI mampu menembus level 3.990, potensi kenaikan ke level 4.050 hingga 4.290 semakin terbuka. Sementara itu, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) menguat 2,95 persen ke level 4.880 dengan dominasi volume pembelian. Jika tren positif berlanjut, saham ini berpotensi mencapai target harga di 5.050 hingga 5.550, dengan level stoploss di bawah 4.330.

Di sisi lain, PT Harum Energy Tbk (HRUM) mengalami koreksi 1,97 persen ke level 745 akibat tekanan jual yang meningkat. Dengan tren ini, HRUM masih berpotensi melanjutkan koreksi hingga menguji level 600 hingga 660. Sementara itu, investor asing tercatat melakukan pembelian bersih sebesar Rp148,58 miliar di semua pasar dan Rp188,05 miliar di pasar reguler. Di sisi lain, mereka juga mencatatkan penjualan bersih senilai Rp39,47 miliar di pasar negosiasi dan tunai. Dengan dinamika yang terjadi, rotasi sektor dan strategi investasi berbasis teknikal menjadi faktor penting dalam pengambilan keputusan di tengah volatilitas pasar yang masih tinggi.

Pasar Finansial Berfluktuasi, Inflasi AS Melandai dan Sektor Teknologi Mendominasi

Data inflasi Amerika Serikat yang dirilis Rabu malam memberikan kejutan positif bagi pasar dengan angka yang lebih rendah dari ekspektasi. Inflasi tahunan tercatat sebesar 2,8 persen, sementara Core CPI mencapai 3,1 persen. Kedua angka ini menandai level terendah sejak lonjakan inflasi pada April 2021, mengindikasikan tekanan harga mulai mereda. Namun, meskipun inflasi melambat, ekspektasi terhadap pemangkasan suku bunga The Fed justru mengalami penurunan. Sebelumnya, pasar memperkirakan pemangkasan suku bunga sebesar 73 basis poin, tetapi kini hanya sekitar 67 basis poin, mencerminkan kehati-hatian investor terhadap kebijakan moneter ke depan.

Respons pasar saham terhadap data ini bervariasi. Indeks Dow Jones melemah 0,2 persen, sementara S&P 500 menguat 0,49 persen, dan Nasdaq melonjak 1,2 persen. Saham teknologi kembali menjadi sorotan, dengan Nvidia naik 6,4 persen dan Tesla melonjak 7,5 persen, mencerminkan optimisme pasar terhadap sektor ini. Sebaliknya, saham Walmart terkoreksi 2,6 persen dan Apple turun 1,7 persen, menunjukkan adanya rotasi sektor di mana investor lebih memilih saham dengan prospek pertumbuhan lebih tinggi.

Di pasar komoditas, data stok minyak mentah dari EIA mencatat kenaikan yang lebih rendah dari perkiraan. Stok minyak naik 1,448 juta barel, di bawah estimasi 2,001 juta barel, mendorong harga minyak mentah naik 1,66 persen ke level 67,41 dolar AS per barel. Sementara itu, emas sempat berfluktuasi sebelum akhirnya menembus level resistance di 2.930 dolar, dengan harga saat ini mencapai 2.940 dolar per ons. Di Indonesia, harga emas ANTM juga mengalami kenaikan sebesar Rp12.000 menjadi Rp1.714.000 per gram.

Di tengah dinamika global, ketegangan antara Rusia dan Ukraina kembali meningkat setelah Amerika Serikat mengusulkan gencatan senjata selama 30 hari. Ukraina menyetujui proposal tersebut, tetapi Presiden Rusia Vladimir Putin mengajukan syarat tambahan yang sulit diterima, yaitu penyerahan wilayah baru sebagai bagian dari kesepakatan. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menolak syarat tersebut, yang semakin memperpanjang ketidakpastian geopolitik.

Sementara itu, pasar saham Indonesia bergerak berlawanan dengan indeks AS. IHSG yang dibuka menguat kemudian melemah karena rotasi sektor di dalam negeri. Jika IHSG mampu menembus level 6.682, maka ada potensi menguji level 6.686 hingga 6.762 dalam waktu dekat. Dengan sektor teknologi yang masih mendominasi dan sektor konsumsi mulai menunjukkan tren positif, investor terus memantau peluang di tengah volatilitas global yang masih tinggi.

IHSG Menguat Didukung Saham Teknologi di Tengah Ketidakpastian Global

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore ditutup menguat, didorong oleh kenaikan signifikan pada saham sektor teknologi. IHSG naik 119,20 poin atau 1,82 persen ke level 6.665,05, sementara indeks LQ45 juga mengalami kenaikan 15,90 poin atau 2,17 persen ke posisi 747,93. Para investor tetap berhati-hati dalam mengambil keputusan mengingat ketidakpastian ekonomi global akibat kenaikan tarif perdagangan.

Kanada telah menerapkan tarif sebesar 21 miliar dolar AS terhadap barang-barang impor dari Amerika Serikat sebagai respons terhadap kebijakan bea masuk baja dan aluminium yang diberlakukan oleh Presiden Trump. Langkah serupa juga telah dilakukan Uni Eropa dengan mengenakan tarif balasan senilai 28 miliar dolar AS sejak April 2024. Sementara itu, data Indeks Harga Konsumen (IHK) AS menunjukkan inflasi utama meningkat 0,2 persen secara bulanan (mtm) dan 2,8 persen secara tahunan (yoy) pada Februari 2024, lebih rendah dari proyeksi sebelumnya.

Pelaku pasar masih memperkirakan pemangkasan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin oleh Federal Reserve pada Juni 2025, dengan total penurunan sekitar 70 basis poin sepanjang tahun. Dalam perdagangan hari ini, sektor teknologi mencatat kenaikan tertinggi sebesar 6,09 persen, diikuti sektor barang konsumsi primer yang naik 0,18 persen. Sebaliknya, sektor properti mengalami penurunan terdalam sebesar 1,35 persen, disusul sektor industri dan transportasi & logistik yang masing-masing turun 0,91 persen dan 0,79 persen.

Saham yang mencatat kenaikan tertinggi di antaranya INAI, MINE, SMDM, MTFN, dan AKSI, sedangkan saham yang mengalami pelemahan terbesar adalah MINA, RELI, DADA, BEER, dan JSPT. Volume perdagangan saham mencapai 15,63 miliar lembar dengan total nilai transaksi sebesar Rp8,84 triliun. Sebanyak 307 saham menguat, 334 saham melemah, dan 316 saham stagnan. Di pasar regional Asia, indeks Nikkei turun 0,08 persen ke 36.790,03, indeks Shanghai melemah 0,39 persen ke 3.358,73, sementara indeks Kuala Lumpur dan Straits Times mencatatkan kenaikan tipis masing-masing 1,70 persen dan 0,12 persen.

Proyeksi Positif IHSG: Peluang dan Rekomendasi Saham dari Analis Pasar

CEO Yugen Bertumbuh Sekuritas, William Surya Wijaya, menilai bahwa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi mengalami kenaikan dalam jangka panjang, dengan tren positif yang masih terlihat dalam pola pergerakan indeks saat ini. “Di sisi lain, koreksi minor dapat dimanfaatkan oleh investor,” tambahnya.

William memproyeksikan IHSG akan bergerak dalam rentang support di 7.719 dan resistance di 7.978. Ia juga merekomendasikan beberapa saham yang berpotensi menguntungkan, seperti UNVR, GGRM, TLKM, TBIG, dan BBRI.

Pendapat serupa disampaikan oleh praktisi pasar modal dan pendiri WH-Project, William Hartanto. Ia memprediksi bahwa IHSG akan menguat hari ini, dengan kondisi yang masih menunjukkan tren bullish. Menurutnya, posisi IHSG yang bertahan di atas level 7.700 mengindikasikan adanya momentum positif. “Kami memperkirakan IHSG hari ini berpotensi bergerak dalam kisaran 7.700 hingga 7.830,” ujarnya.

IHSG ditutup pada level 7.744 pada Kamis (26/9), mengalami peningkatan 3 poin atau 0,05 persen dibandingkan perdagangan sebelumnya. Menurut data RTI Infokom, total transaksi mencapai Rp17,55 triliun dengan volume saham yang diperdagangkan sebanyak 22,5 miliar lembar.

Pada penutupan tersebut, sebanyak 281 saham mengalami penguatan, sementara 310 saham terkoreksi, dan 211 lainnya stagnan. Terlihat bahwa sepuluh dari sebelas indeks sektoral mengalami penurunan, dengan sektor cyclical yang mengalami penurunan paling signifikan sebesar 4,27 persen.