Gempa Terjadi di Tapanuli Utara, Pusat Gempat Berada di Darat

Pada hari ini, sebuah gempa bumi mengguncang wilayah Tapanuli Utara, dengan pusat gempa yang terletak 5 kilometer di tenggara kota tersebut. Kejadian ini memicu perhatian dari warga setempat dan pihak berwenang yang segera memberikan laporan terkait dampak dan potensi bahaya yang dapat ditimbulkan akibat peristiwa alam tersebut.

Menurut laporan awal dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), gempa tersebut berpusat di darat dan diperkirakan memiliki kekuatan yang cukup signifikan. Warga di Tapanuli Utara melaporkan merasakannya dengan cukup kuat, meski belum ada informasi mengenai korban atau kerusakan yang dilaporkan secara resmi. Meski tidak ada peringatan tsunami, pihak berwenang tetap mengimbau agar masyarakat tetap waspada terhadap kemungkinan terjadinya gempa susulan.

Pusat gempa yang berada 5 kilometer di tenggara Tapanuli Utara menandakan adanya aktivitas tektonik di sepanjang sesar lokal yang ada di wilayah tersebut. Gempa darat seringkali memiliki dampak yang lebih terasa pada permukaan dibandingkan gempa bawah laut, karena getaran yang ditimbulkan langsung menjalar ke permukaan tanah yang lebih padat. Meskipun skala gempa ini tergolong moderat, penting bagi masyarakat setempat untuk tetap mengikuti petunjuk dari pihak berwenang dan menjaga kesiapsiagaan terhadap gempa susulan.

Badan meteorologi dan geofisika mengimbau agar masyarakat terus memperbarui informasi terkait peristiwa ini melalui saluran resmi, serta menjaga kewaspadaan terhadap potensi terjadinya gempa susulan. Sebagai langkah antisipasi, beberapa bangunan dan fasilitas umum juga melakukan pemeriksaan struktur untuk memastikan keamanan pasca-gempa.

Nasib Tragis Penemu Harta Karun Intan Rp15 T yang Dibiarkan Hidup Miskin

Mat Sam, warga Kampung Cempaka, Kalimantan Selatan, menyimpan kisah tragis meskipun telah menemukan harta karun yang bernilai triliunan rupiah. Pada tahun 1965, bersama empat rekannya, ia secara tak sengaja menemukan sebuah intan raksasa seberat 166,75 karat, yang kemudian tercatat sebagai intan terbesar yang pernah ditemukan di Indonesia. Temuan tersebut membuat heboh masyarakat dan menarik perhatian pemerintah, karena intan tersebut dikatakan memiliki nilai sangat tinggi, bahkan lebih kecil sedikit dari berlian Koh-i-Noor yang ada di Mahkota Kerajaan Inggris.

Namun, alih-alih meraih kekayaan, Mat Sam justru menghadapi penderitaan. Pemerintah Indonesia pada waktu itu mengambil alih intan tersebut dengan alasan untuk digunakan dalam pembangunan Kalimantan Selatan dan mendukung pengadaan teknologi penggalian intan. Intan tersebut kemudian dibawa ke Jakarta untuk diserahkan kepada Presiden Soekarno, meskipun para penemu merasa tidak diperlakukan dengan adil.

Sebagai bentuk penghargaan, Mat Sam dan rekan-rekannya dijanjikan hadiah berupa perjalanan ibadah haji gratis, namun janji tersebut tidak pernah terealisasi. Setelah dua tahun menunggu, mereka akhirnya mengajukan permohonan kepada pemerintah untuk menepati janji yang telah dibuat. Sayangnya, meskipun intan itu diperkirakan bernilai sekitar Rp3,5 miliar pada tahun 1967, yang jika dihitung dengan harga emas saat ini setara dengan Rp15,22 triliun, Mat Sam dan teman-temannya tetap hidup dalam kemiskinan.

Setelah berjuang mencari keadilan, Mat Sam melalui kuasa hukum mengajukan permintaan kepada Presiden Soeharto untuk meninjau kembali keputusan tersebut. Namun, tidak ada catatan lebih lanjut tentang apakah keadilan pernah diberikan kepadanya. Kini, cerita tragis ini tetap menjadi misteri tanpa ujung, dan Mat Sam tetap hidup miskin meskipun telah menemukan harta karun yang sangat berharga.

Kecelakaan Maut: Mobil Panther yang Antar Jemaah Umrah Tabrak Bus, Semua Penumpang Tewas

Sebuah kecelakaan tragis terjadi di Gresik, Jawa Timur, melibatkan sebuah mobil Panther dan bus Rajawali Indah. Mobil Panther yang membawa tujuh orang ini sedang dalam perjalanan menuju Bandara Juanda di Sidoarjo, untuk mengantar seorang penumpang yang akan berangkat umrah. Namun, dalam kecelakaan tersebut, semua penumpang dalam mobil Panther dilaporkan meninggal dunia.

Menurut informasi yang disampaikan oleh Kanit Gakkum Satlantas Polres Gresik, Ipda Andri Aswoko, salah satu penumpang yang berangkat umrah tersebut bernama Muhammad Aqib (27), yang berasal dari Desa Tuwiri Wetan, Kecamatan Mangkurak, Tuban. Sedangkan enam orang lainnya, termasuk sopir mobil Panther, adalah orang yang mengantar Aqib ke bandara.

Kecelakaan ini terjadi pada Kamis pagi, 10 April 2025, sekitar pukul 05.45 WIB, di Jalan Duduksampeyan, Kabupaten Gresik. Bus Rajawali Indah yang menuju Surabaya dari Bojonegoro melaju dari arah Gresik menuju Lamongan. Sementara itu, mobil Panther berisikan tujuh orang bergerak dari arah sebaliknya, yaitu Lamongan menuju Gresik.

Diduga, mobil Panther mengalami selip pada ban kiri hingga oleng ke kanan, melebihi marka jalan. Pengemudi mobil Panther tidak berhasil menghindari bus Rajawali Indah yang melaju dari arah berlawanan.

“Ketika kendaraan Panther melintas, sopir tidak bisa mengendalikan setir sehingga mobil oleng ke kiri, dan ban sebelah kiri turun ke bahu jalan. Kemudian, mobil oleng ke kanan melintasi marka jalan dan bertabrakan dengan bus Hino dengan nomor polisi S 7707 UA,” jelas Ipda Andri.

Akibat kecelakaan ini, empat orang penumpang dari mobil Panther tewas di lokasi kejadian, termasuk seorang ayah dan anak balita. Sopir serta dua penumpang lainnya dilarikan ke rumah sakit terdekat, namun sayangnya, seluruh penumpang Panther dipastikan meninggal dunia.

Tujuh korban tewas dalam insiden tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Muhammad Aqib (27) – warga Desa Tuwiri Wetan, Kecamatan Merakurak, Tuban (berangkat umrah)
  2. Besar (65) – warga Desa Tuwiri Wetan, Kecamatan Merakurak, Tuban
  3. Lislikah (53) – warga Desa Tuwiri Wetan, Kecamatan Merakurak, Tuban
  4. Wiwik Sunarti (43) – warga Desa Tuwiri Wetan, Kecamatan Merakurak, Tuban
  5. Akhmad Basuki (49) – warga Desa Tuwiri Wetan, Kecamatan Merakurak, Tuban (pengemudi)
  6. M. Al Fatih (3) – warga Desa Tuwiri Wetan, Kecamatan Merakurak, Tuban
  7. Hafiz Gandawiharja (17) – warga Desa Tuwiri Wetan, Kecamatan Merakurak, Tuban

Selain itu, dua orang lainnya yang mengalami luka-luka adalah Suwarno (46), sopir bus Rajawali Indah, dan Khoirul Anam (23), penumpang bus tersebut.

Kecelakaan Helikopter Wisata: 16 Menit Terbang Sebelum Jatuh

Helikopter tipe Bell 206L-4 LongRanger IV lepas landas dari heliport di pusat kota Manhattan menuju New York. Setelah 16 menit terbang, helikopter tersebut jatuh. Berdasarkan catatan dari Administrasi Penerbangan Federal, helikopter tersebut diproduksi pada tahun 2004 dan memperoleh sertifikat kelayakan udara pada tahun 2016, yang berlaku hingga 2029. Wali Kota New York, Eric Adams, menyatakan bahwa informasi mengenai pilot helikopter tersebut masih belum tersedia.

Helikopter berangkat dari heliport Manhattan pada pukul 14:59 waktu setempat. Penerbangannya dimulai dengan arah selatan, kemudian berbelok ke utara menyusuri garis pantai Manhattan, mengikuti alur Sungai Hudson.

Pada pukul 15:08, helikopter telah mencapai Jembatan George Washington sebelum berbelok kembali ke selatan, terbang menuju garis pantai New Jersey. Beberapa saat setelah itu, helikopter kehilangan kendali dan jatuh.

Menurut laporan 911, saat helikopter terjatuh ke air, diduga helikopter tersebut terbalik, dengan kabin yang terlihat mengapung. Analisis dari CNN dan situs pelacakan penerbangan FlightRadar24 menyebutkan bahwa helikopter terbang sekitar 16 menit sebelum akhirnya jatuh ke air.

Rute penerbangan tersebut sesuai dengan informasi yang diberikan oleh pejabat, yang menyatakan bahwa helikopter terbang dari bagian selatan Manhattan, berputar dekat Patung Liberty, kemudian mengikuti Sungai Hudson menuju Jembatan George Washington pada ketinggian sekitar 1.000 kaki. Setelah itu, pesawat berbelok ke arah selatan dan akhirnya terjatuh di dekat New Jersey.

Jalur di sepanjang Sungai Hudson merupakan rute yang populer untuk tur. Pada saat kecelakaan, cuaca dilaporkan mendung dengan kecepatan angin antara 10 hingga 15 mph, dengan hembusan hingga 25 mph. Jarak pandang di permukaan mencapai 10 mil, meskipun cuaca diperkirakan akan membawa hujan ringan di sore dan malam hari.

Setelah kejadian, helikopter di frekuensi kontrol lalu lintas udara diminta untuk mencari korban yang jatuh ke dalam air.

“Harap tetap waspada. Jika Anda melihat sesuatu di dalam air, beri tahu kami,” ujar seorang petugas darurat melalui radio, seperti dilaporkan oleh CNN pada Jumat (11/4/2025).

Sebagai langkah pengamanan sementara, FAA melarang penerbangan pesawat nirawak di sekitar lokasi kecelakaan tersebut kecuali mereka memiliki izin khusus.

Pesawat JAL Menyimpang di Landasan, Tabrak Lampu, dan Gagal Lepas Landas

Sebuah insiden terjadi pada penerbangan Japan Airlines (JAL) yang akan lepas landas dari Bandara Haneda, Tokyo. Pesawat JAL377, yang membawa 80 penumpang, menyimpang dari garis tengah landasan dan menabrak lampu di sisi kiri landasan, memaksa awak pesawat untuk melakukan pemberhentian darurat. Dugaan sementara penyebab insiden ini adalah kebingungan yang disebabkan oleh lampu landasan yang rusak.

Dikutip dari Independent pada Kamis (10/4/2025), penerbangan JAL377 lepas landas dari Bandara Tokyo-Haneda pada Senin (14/4), pukul 19.10 waktu setempat, setelah mendapat izin dari pengawas lalu lintas udara. Pesawat ini seharusnya menuju Kitakyushu di Jepang bagian barat, namun saat lepas landas, pesawat melenceng sekitar 30 meter ke kiri, hampir keluar dari sisi landasan pacu. Dengan kata lain, pesawat tidak bergerak lurus sesuai garis tengah landasan.

Akibat penyimpangan tersebut, roda pendaratan kiri dan sebagian sayap kiri pesawat keluar dari permukaan landasan yang beraspal, dan pesawat menabrak lampu-lampu di sisi kiri landasan sebelum akhirnya berhenti. Kejadian ini berpotensi membahayakan, karena bisa menyebabkan pesawat kehilangan keseimbangan, keluar dari landasan, atau merusak bagian penting pesawat saat lepas landas.

Kementerian transportasi segera melakukan penyelidikan, dan hasil pemeriksaan mengungkapkan bahwa beberapa lampu landasan pacu yang berwarna putih, seperti lampu di garis tengah, telah rusak. Penerbangan tersebut akhirnya dibatalkan setelah kapten dan awak pesawat memutuskan untuk kembali ke tempat parkir setelah melihat penyimpangan ke kiri.

Penumpang pun diturunkan dan kemudian diterbangkan ke tujuan mereka dengan penerbangan JAL terpisah pada pukul 00.00, lebih dari lima jam setelah jadwal keberangkatan. Landasan pacu tempat insiden itu terjadi juga dihentikan selama 50 menit. Pihak berwenang menyatakan bahwa landasan pacu telah menjalani perawatan sejak bulan lalu, dengan beberapa lampu garis tengah dimatikan secara bertahap.

Turis AS Ditemukan Tewas di Pantai Bahamas Setelah Hilang Saat Makan Malam Keluarga

Seorang pria asal Amerika Serikat ditemukan meninggal di pantai saat berlibur bersama keluarganya di Bahamas. Pria tersebut, Dinari McAlmont, hilang dan kemudian ditemukan tewas di Pulau Paradise, Nassau, pada Minggu (6/4/2025). Kejadian ini terjadi hanya 12 jam setelah ia tiba di pulau Karibia tersebut bersama orang tuanya.

Menurut laporan Fox News pada Rabu (9/4/2025), keluarga korban merasa bahwa kematiannya penuh tanda tanya. Ibunya, Michelle McAlmont, mengungkapkan kejutan dan trauma yang dirasakannya setelah mengidentifikasi jenazah putranya. Ia mencatat bahwa tubuh Dinari tampak seperti telah dianiaya.

Komisaris Kepolisian Royal Bahamas, Shanta Knowles, menyatakan bahwa pihak berwenang masih menunggu hasil autopsi untuk memastikan penyebab kematian Dinari.

Selama di Bahamas, keluarga McAlmont menginap di The Reef Resort di Atlantis, yang terletak di Paradise Island. Dinari dilaporkan meninggalkan orang tuanya saat makan malam untuk mengambil jaket, namun setelah itu ia menghilang. Keluarganya tidak dapat melacaknya melalui data lokasi ponsel.

Pihak resor menyampaikan ucapan duka cita dan menyatakan bahwa mereka sedang bekerja sama dengan pihak berwenang dalam penyelidikan ini. “Kami sangat berduka atas kehilangan tamu kami. Pikiran kami bersama keluarganya di masa-masa sulit ini,” kata mereka.

Sementara itu, Departemen Luar Negeri AS telah mengeluarkan peringatan perjalanan Level 2 untuk Bahamas dan beberapa negara lainnya, termasuk Kuba, Republik Dominika, Antillen Belanda, serta Turks dan Caicos, yang memperingatkan wisatawan untuk lebih berhati-hati terkait potensi peningkatan risiko keselamatan dan keamanan di wilayah tersebut.

Tragedi Nenek Hasiah Tewas Ditelan Piton Sepanjang 6 Meter

Seorang wanita lanjut usia bernama Hasiah di Sidrap, Sulawesi Selatan, mengalami nasib tragis di akhir hidupnya. Nenek berusia 66 tahun ini ditemukan tewas setelah ditelan ular piton sepanjang 6 meter. Insiden tersebut terjadi pada Selasa (1/4) sekitar pukul 20.30 Wita di Kelurahan Batu, Kecamatan Pitu Riase, Kabupaten Sidrap. Sebelumnya, korban pergi mencari tali pengikat kayu di kebun belakang rumah pada pagi hari sekitar pukul 08.00 Wita.

Menurut keterangan anaknya, Nurdin, Hasiah berangkat untuk mencari tali di kebun, namun saat waktu menunjukkan pukul 17.00 Wita, Nurdin merasa curiga karena ibunya belum kembali. Ia pun mulai mencari keberadaan ibunya.

“Dia mencari dan bertanya kepada warga sekitar, namun tidak ada yang mengetahui keberadaan ibunya,” jelas Kapolsek Pitu Riase, Ipda Zakaria, kepada detikSulsel, Rabu (2/4/2025).

Nurdin, bersama warga sekitar, melanjutkan pencarian di kebun belakang rumah, tempat ibunya terakhir kali pergi. Pada sekitar pukul 20.30 Wita, mereka menemukan ular piton sepanjang sekitar 6 meter dengan perut yang tampak membesar. Hal ini memunculkan kecurigaan bahwa korban telah dimakan ular tersebut.

Warga segera membunuh ular itu dan memeriksa isi perutnya. Setelah perut ular dibelah, mereka menemukan korban di dalamnya dalam kondisi tidak bernyawa.

“Di dalam perut ular tersebut, kami menemukan korban yang sudah tidak bernyawa lagi,” ungkap Zakaria.

Dengan demikian, tragisnya hidup Hasiah berakhir dengan cara yang tidak terduga.

Kecelakaan Maut di Tol JORR: Ioniq Tabrak Truk Mogok, Tiga Orang Tewas

Sebuah kecelakaan terjadi di Tol Jakarta Outer Ring Road (JORR) arah Puri, tepatnya di Cengkareng, Jakarta Barat, saat mobil Hyundai Ioniq menabrak truk yang sedang mogok. Akibat kecelakaan ini, tiga orang dilaporkan tewas.

Kanit Gakkum Satlantas Polres Metro Jakarta Barat, AKP Joko Siswanto, menyatakan bahwa peristiwa itu terjadi pada Sabtu (29/3/2025) pukul 19.00 WIB. Pada saat kejadian, mobil Ioniq yang dikendarai oleh seorang pria bernama KI (32) melaju dari arah utara menuju selatan.

Sesampainya di lokasi kejadian, mobil Ioniq menabrak truk yang terparkir di lajur 1 untuk melakukan perbaikan akibat kerusakan pada roda belakang. Dalam foto yang beredar, tampak bagian depan mobil Ioniq remuk setelah menabrak bagian belakang truk.

Joko menjelaskan, “Ketika kendaraan tiba di sekitar Km 05.200, Cengkareng, Jakarta Barat, mobil tersebut menabrak truk ringan yang sedang berhenti di lajur 1 untuk memperbaiki kerusakan pada roda belakang,” ujar Joko dalam pernyataan tertulis pada Minggu (30/3/2025).

Akibat kecelakaan tersebut, tiga orang tewas, termasuk pengemudi mobil Ioniq. Sementara itu, beberapa korban lainnya mengalami luka dan telah mendapatkan perawatan. “Tiga korban yang meninggal adalah KI, R, dan S yang ditemukan di lokasi kejadian. Jenazah mereka kemudian dievakuasi ke RSUD Kabupaten Tangerang. Sementara itu, MA, S, dan AM yang terluka telah dirawat di RS Puri Indah, Kembangan,” tambahnya.

Barang bukti sudah diamankan oleh Unit Laka Satlantas Polres Metro Jakarta Barat, dan penyelidikan lebih lanjut atas kejadian ini masih berlangsung.

Konvoi Motor Nyalakan Flare di Depok Jadi Viral, Polisi Perketat Patroli

Sejumlah remaja terlihat melakukan konvoi motor dengan menyalakan flare, yang menyebabkan kemacetan di Jalan Raya Bogor dan Jalan Grand Depok City (GDC), Depok, Jawa Barat. Pihak kepolisian berencana untuk memperketat patroli untuk menangani kejadian tersebut.

Dalam video yang beredar di media sosial, para remaja tersebut terlihat mengibarkan bendera yang terkesan bergaya gangster, sembari menyalakan flare dan petasan di sepanjang jalan GDC. Mereka juga melanjutkan aksi serupa di Jalan Raya Bogor, Cimanggis, yang disertai dengan kepulan asap akibat petasan yang dinyalakan.

Kasatlantas Polres Metro Depok, Kompol Joko Sembodo, mengonfirmasi bahwa peristiwa ini terjadi pada Senin malam (24/3/2025) sekitar pukul 20.41 WIB. Menanggapi hal tersebut, pihak kepolisian akan memperintahkan penambahan patroli.

“Patroli terus kami lakukan,” ujar Joko saat dihubungi detikcom pada Selasa (25/3).

Menurutnya, patroli dilakukan setiap hari, baik oleh polres maupun polsek, mengingat adanya konvoi yang tidak hanya terjadi di wilayah Depok, tetapi juga meluas ke luar daerah. “Patroli gabungan selalu dilakukan, dipimpin oleh Kapolsek dan Kasat Samapta,” jelas Joko.

Jejak Perumahan Elit Bengkel Kereta Api: Dari Kemegahan Kolonial hingga Kesunyian Mencekam

Dahulu, kawasan ini merupakan kompleks perumahan elit bagi para pegawai bengkel kereta api pada era kolonial Belanda di Medan. Kini, suasananya berubah drastis—terkesan sunyi dan menyeramkan.

Kesan pertama yang muncul saat menginjakkan kaki di Jalan Bundaran, Kelurahan Pulo Brayan Bengkel, Kecamatan Medan Timur, adalah sepi dan mencekam. Padahal, matahari masih cukup tinggi di langit. Deretan rumah besar berlantai dua masih berdiri kokoh di sepanjang jalan ini, meski tampak kusam dan kurang terawat. Bangunan-bangunan bergaya kolonial Belanda itu seolah terabaikan oleh waktu.

Beberapa rumah bahkan sudah hancur, menyisakan dinding yang mulai runtuh. Jalanan yang dulu bisa dilalui kendaraan kini tak lagi beraspal dan tertutup oleh semak belukar, membuatnya sulit diakses.

Sesuai dengan namanya, Jalan Bundaran memiliki bentuk melingkar. Untuk mengelilinginya, seseorang bisa masuk melalui Jalan Pertahanan atau Jalan Bengkel/Jalan Lampu.

Rumah-rumah yang dulu menjadi simbol kemewahan kini terlihat terbengkalai. Di sekitar kawasan ini, rerumputan dan pohon liar tumbuh subur, semakin menambah kesan angker. Tak hanya rumah besar, ada juga deretan rumah kecil yang tampak berusia tua dan tersusun dalam blok-blok seperti kompleks perumahan.

Di tengah deretan bangunan tersebut, PT KAI masih mempertahankan sebuah bangunan yang diberi nama Mes Bundar. Lokasinya berada di antara Jalan Bundar dan Jalan Bengkel, serta masih terawat dengan baik. Tak jauh dari situ, terdapat sebuah menara air besar yang dahulu berfungsi sebagai penampungan air bagi perumahan pegawai bengkel kereta api. Kini, menara tersebut telah ditetapkan sebagai cagar budaya oleh Pemerintah Kota Medan.

Menurut Yusuf (63), seorang warga yang telah tinggal di dekat Jalan Bundar selama lebih dari 40 tahun, banyak rumah di kawasan ini yang ambruk akibat usia dan kurangnya perawatan.

“Iya, hancur, lapuk, dan roboh,” katanya.

Sebagian besar rumah di kawasan ini sudah tidak dihuni lagi, dan jumlah pasti bangunan peninggalan kolonial Belanda di area tersebut pun tidak diketahui secara pasti.

Sejarawan Universitas Sumatera Utara (USU), M. Azis Rizky Lubis, menjelaskan bahwa kompleks perumahan ini awalnya diperuntukkan bagi pegawai bengkel kereta api yang bekerja di kawasan tersebut selama masa kolonial Belanda. Namun, pembangunan perumahan ini tidak bersamaan dengan berdirinya perusahaan kereta api Deli Spoorweg Maatschappij pada tahun 1886.

“Kompleks perumahan ini memang berkaitan erat dengan pembangunan jalur kereta api di Medan, tetapi bukan berarti langsung dibangun bersamaan dengan pendirian Deli Spoorweg Maatschappij,” jelasnya.

Jalur kereta api Medan–Labuhan mulai dibangun pada tahun 1886, tetapi kompleks perumahan di Jalan Bundaran baru dibangun sekitar tahun 1919, seiring dengan berdirinya bengkel kereta api atau yang dikenal dengan istilah “werkplaats.”

Bengkel kereta api tersebut masih beroperasi hingga kini dengan nama Balai Yasa KAI Pulo Brayan. Selain sebagai tempat tinggal bagi pegawai, kompleks ini juga dulunya digunakan sebagai mess bagi sekolah-sekolah perkeretaapian yang melakukan kunjungan ke bengkel tersebut.

Tak jauh dari kompleks perumahan karyawan bengkel kereta api ini, terdapat juga kawasan perumahan elit bagi orang Eropa, mengingat lokasinya yang dekat dengan perkebunan Helvetia.

“Di sekitar kawasan ini juga terdapat perumahan lain yang mayoritas dihuni oleh warga Eropa, sehingga bisa dikatakan bahwa Pulo Brayan termasuk wilayah elit pada masanya,” tambahnya.

Saat pendudukan Jepang, kawasan perumahan orang Eropa ini sempat dijadikan kamp pengungsian. Hal ini dikarenakan selain menjadi pemukiman warga Eropa, lokasinya juga cukup dekat dengan Pelabuhan Belawan.

Pada masa awal pembangunan jalur kereta api Medan–Labuhan di tahun 1886, belum ada stasiun di Pulo Brayan. Saat itu, yang tersedia hanyalah halte kecil, bukan stasiun besar seperti yang ada sekarang.