Emas Turun Seribu, Peluang atau Tantangan? Ini Rincian Harga Terbaru dari Antam

Harga emas batangan keluaran PT Aneka Tambang Tbk (Antam) yang dipantau melalui situs resmi Logam Mulia pada Rabu, 30 April, menunjukkan penurunan tipis sebesar Rp1.000 per gram. Dari sebelumnya berada di angka Rp1.966.000, kini harga emas satu gram tercatat menjadi Rp1.965.000. Sementara itu, harga jual kembali atau buyback juga mengalami koreksi dan kini berada di posisi Rp1.814.000 per gram.

Dalam setiap transaksi pembelian maupun penjualan kembali emas batangan, terdapat ketentuan perpajakan yang harus diperhatikan. Merujuk pada Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 34/PMK.10/2017, pembelian emas batangan dikenakan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 22 sebesar 0,45 persen bagi pemilik Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan 0,9 persen bagi yang tidak memiliki NPWP. Bukti potong pajak ini akan disertakan dalam setiap transaksi pembelian.

Untuk penjualan kembali atau buyback emas batangan ke Antam dengan nilai di atas Rp10 juta, dikenakan potongan pajak PPh Pasal 22 sebesar 1,5 persen bagi pemilik NPWP dan 3 persen bagi yang belum memiliki NPWP. Potongan ini langsung dikurangi dari total nilai buyback yang diterima oleh penjual.

Berikut daftar harga emas batangan hari ini: 0,5 gram seharga Rp1.032.500, 1 gram Rp1.965.000, 2 gram Rp3.870.000, 3 gram Rp5.780.000, 5 gram Rp9.600.000, 10 gram Rp19.145.000, 25 gram Rp47.737.000, 50 gram Rp95.395.000, 100 gram Rp190.712.000, 250 gram Rp476.515.000, 500 gram Rp952.820.000, dan 1.000 gram dihargai Rp1.905.600.000.

Perbankan Syariah Perlu Waspada di Tengah Ketidakpastian Global

Dalam menghadapi dampak kebijakan tarif yang diberlakukan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengingatkan perbankan syariah untuk tetap memperkuat mitigasi risiko. Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, di Jakarta, menegaskan pentingnya meningkatkan kewaspadaan terhadap perkembangan ekonomi global dan domestik yang dinamis. Ia juga menekankan bahwa perbankan syariah harus secara konsisten menerapkan manajemen risiko sesuai ketentuan yang berlaku serta melakukan penilaian lebih mendalam terhadap debitur yang memiliki keterkaitan dengan sektor yang terdampak kebijakan tersebut.

Selain itu, Dian mendorong agar bank syariah melakukan mitigasi risiko sejak dini untuk menghadapi potensi gangguan yang bisa timbul. Ia menambahkan bahwa kondisi saat ini juga menghadirkan berbagai peluang, terutama di sektor perdagangan internasional, yang harus bisa dimanfaatkan dengan baik oleh perbankan syariah.

Di tengah ketidakpastian global akibat kebijakan tarif, potensi perlambatan perdagangan internasional, dan fluktuasi nilai tukar, sektor perbankan syariah dinilai masih menunjukkan ketahanan yang cukup baik. Dengan tingkat eksposur risiko pasar yang lebih rendah dibandingkan perbankan konvensional, perbankan syariah mampu menjadi penopang stabilitas keuangan nasional. Meski demikian, Dian tetap mengingatkan agar perbankan syariah tidak lengah dan terus memperkuat mitigasi risikonya.

Menurut data OJK, hingga Februari 2025, total aset perbankan syariah tercatat mencapai Rp949,56 triliun, dengan market share sebesar 7,46 persen. Dari sisi pembiayaan, terjadi pertumbuhan sebesar 9,17 persen secara tahunan menjadi Rp642,64 triliun, sementara dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 7,91 persen menjadi Rp729,56 triliun. Kualitas pembiayaan tetap terjaga dengan rasio non-performing financing (NPF) gross di angka 2,21 persen, sedangkan tingkat permodalan tetap solid dengan capital adequacy ratio (CAR) sebesar 25,1 persen. Likuiditas juga terjaga baik, tercermin dari rasio AL/NCD sebesar 133,46 persen dan AL/DPK sebesar 27,78 persen, jauh di atas batas minimum yang ditetapkan.

Laba Bank Mandiri Tembus Rp13,2 Triliun di Kuartal I-2025, Dorong Pertumbuhan Kredit dan Dana Murah

PT Bank Mandiri Tbk berhasil mencatatkan laba bersih konsolidasi sebesar Rp13,2 triliun pada kuartal I tahun 2025. Angka ini menunjukkan pertumbuhan sebesar 3,9 persen secara tahunan dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Kinerja positif ini turut ditopang oleh rasio Return on Equity (ROE) yang terjaga solid di angka 20,8 persen secara bank only.

Direktur Utama Bank Mandiri, Darmawan Junaidi, menyampaikan bahwa pihaknya akan terus mengedepankan strategi pertumbuhan berkelanjutan dengan fokus pada akselerasi segmen wholesale serta penguatan ekosistem ritel. Pendekatan ini akan dilakukan seiring dengan pengelolaan risiko yang disiplin dan terukur. Ia juga menekankan pentingnya peningkatan dana murah berbasis transaksi sebagai kunci efisiensi biaya dana yang mendukung ekspansi bisnis secara sehat.

Dari sisi kredit, Bank Mandiri mencatatkan pertumbuhan sebesar 16,5 persen (yoy) menjadi Rp1.672 triliun. Pertumbuhan ini terjadi merata di seluruh wilayah Indonesia, baik dari segmen wholesale maupun retail. Kredit korporasi naik sebesar 20 persen menjadi Rp608 triliun, sementara kredit komersial tumbuh 21,4 persen menjadi Rp296 triliun. Kredit UMKM pun meningkat Rp11 triliun menjadi Rp136 triliun, menegaskan dukungan perseroan terhadap sektor ekonomi rakyat.

Rasio kredit bermasalah atau NPL Bank Mandiri tetap terjaga di angka 1,01 persen, yang turut berkontribusi pada penurunan biaya kredit (CoC) menjadi 0,71 persen. NPL coverage ratio pun terjaga tinggi di level 299 persen, memperlihatkan kekuatan keuangan perseroan dalam mengelola risiko kredit. Di sisi lain, Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 11,2 persen secara tahunan menjadi Rp1.748 triliun, dengan komposisi dana murah mencapai 77,1 persen secara bank only, menandakan keberhasilan strategi penghimpunan dana efisien.

Bank DKI Siap Rebranding dan IPO Tahun Ini, Begini Bocoran Rencananya

PT Bank DKI dipersiapkan untuk melakukan rebranding dan menawarkan saham perdananya (IPO) pada tahun ini. Hal ini diungkapkan oleh Staf Khusus Gubernur DKI Jakarta, Cyril Raoul Hakim, yang menyebutkan bahwa Bank DKI perlu melakukan transformasi menyeluruh sebelum melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Menurutnya, Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, menginginkan Bank DKI menjadi perusahaan yang lebih terbuka dan dapat dikontrol oleh masyarakat melalui kepemilikan saham. Perusahaan terbuka dinilai cenderung memiliki kinerja yang lebih baik.

Namun, sebelum itu, Chico menjelaskan bahwa banyak hal yang perlu diubah, terutama terkait dengan sistem dan sumber daya manusia di Bank DKI. Transformasi tersebut harus memastikan bahwa SDM yang ditempatkan memiliki kompetensi yang sesuai dengan tujuan bank dan Pemprov DKI. Selain itu, Bank DKI harus mampu memperbaiki layanan kepada masyarakat dan mengembalikan kepercayaan publik, yang sempat terganggu akibat insiden gangguan IT baru-baru ini.

Chico juga menjelaskan bahwa Direktur IT Bank DKI, Amirul Wicaksono, hanya diberhentikan sementara, dan keputusan mengenai posisi direksi akan dibahas lebih lanjut dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Dalam upaya mendukung IPO, Bank DKI akan melakukan rebranding, meski Chico lebih suka menyebutnya sebagai transformasi. Ia menegaskan bahwa perubahan yang dilakukan bukan hanya tampilan luar, tetapi juga sistem internal untuk memberikan pelayanan terbaik kepada warga DKI.

Chico berharap target IPO Bank DKI dapat tercapai dalam enam bulan ke depan sesuai dengan arahan Gubernur. Meskipun OJK belum menerima pengajuan IPO dari Bank DKI, OJK menyatakan akan terus mendorong BPD untuk melantai di BEI, dengan memenuhi prasyarat yang diperlukan seperti tata kelola yang baik dan permodalan yang kuat.

Menyongsong 2045: Tantangan dan Harapan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan rata-rata mencapai 4,8 persen hingga tahun 2027. Rinciannya, pada 2025 diperkirakan tumbuh sebesar 4,7 persen, meningkat menjadi 4,8 persen pada 2026, dan mencapai 5 persen di tahun 2027. Meski pertumbuhan ekonomi tetap kokoh, Bank Dunia mengingatkan bahwa ketidakpastian dalam kebijakan perdagangan global dan domestik dapat mempengaruhi investasi serta stabilitas ekonomi Indonesia. Kondisi ini juga mendorong arus keluar portofolio dan menekan nilai tukar rupiah.

Seiring dengan itu, Bank Dunia mencatat bahwa tingkat kemiskinan dan pengangguran di Indonesia menurun, namun penciptaan lapangan kerja untuk kelas menengah masih tertinggal. Reformasi struktural dinilai penting untuk mendorong pertumbuhan produktivitas, ditambah dengan kebijakan fiskal dan moneter yang berhati-hati. Indonesia, yang sudah berstatus negara berpendapatan menengah ke atas sejak 2023, menargetkan untuk menjadi negara berpendapatan tinggi pada 2045. Untuk mencapai tujuan tersebut, dibutuhkan percepatan pertumbuhan minimal sebesar 6 persen, dengan target ambisius pemerintah mencapai 8 persen pada 2029 melalui peningkatan investasi.

Bank Dunia memperkirakan belanja pemerintah akan meningkat guna mendukung program prioritas baru, seperti Program Makanan Bergizi, yang berdampak pada kenaikan defisit fiskal menjadi 2,7 persen dari PDB. Utang negara akan tetap stabil di kisaran 41 persen dari PDB, meskipun biaya bunga juga meningkat. Di sisi eksternal, defisit transaksi berjalan diprediksi melebar menjadi 1,7 persen dari PDB pada 2027. Penanaman modal asing langsung tetap menjadi tulang punggung pendanaan eksternal, meskipun ketidakpastian kebijakan perdagangan dan harga komoditas berpotensi menjadi tantangan di masa mendatang.

IHSG Menguat di Tengah Sikap Wait and See Pasar Menjelang Rilis Data Ekonomi

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin dibuka menguat di tengah pelaku pasar yang masih bersikap wait and see terhadap sejumlah data ekonomi domestik yang akan dirilis pekan ini. IHSG tercatat naik sebesar 37,31 poin atau 0,56 persen ke level 6.716,22, sementara indeks LQ45 yang berisi 45 saham unggulan turut menguat 5,64 poin atau 0,75 persen ke posisi 755,66. Menurut Head of Retail Research BNI Sekuritas, Fanny Suherman, IHSG masih berpeluang untuk melanjutkan penguatan sepanjang hari ini.

Dari dalam negeri, pelaku pasar menantikan beberapa rilis penting, seperti data inflasi indeks harga konsumen (IHK), laporan keuangan bank-bank besar, serta data indeks manufaktur. Pekan lalu, Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuannya di angka 5,75 persen, sejalan dengan upaya menjaga stabilitas inflasi dalam target 2,5 plus minus 1 persen untuk 2025 dan 2026.

Dari luar negeri, China mengumumkan penghapusan beberapa tarif impor dari Amerika Serikat, meskipun menolak klaim negosiasi dari Presiden AS Donald Trump. Gedung Putih menyatakan bahwa jalur komunikasi masih terbuka, menjadi sinyal positif dalam meredakan ketegangan perang dagang. Bursa saham Eropa juga mencatatkan penguatan, dengan indeks STOXX 600 naik 0,3 persen dan seluruh indeks utama seperti DAX, FTSE, dan CAC turut mencetak kenaikan. Wall Street pun ditutup menguat, dengan Nasdaq memimpin kenaikan sebesar 1,26 persen. Di kawasan Asia, pergerakan bursa campur aduk, di mana Nikkei dan Kuala Lumpur menguat, sementara Shanghai dan Strait Times mengalami pelemahan.

Tongkang Tabrak Jembatan Mahakam, Pelindo Klarifikasi dan DPRD Kaltim Minta Evaluasi Total

Sebuah insiden terjadi di Jembatan Mahakam, Samarinda, pada Sabtu malam (26/4), saat sebuah tongkang milik PT SKA menghantam struktur jembatan. PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) Regional 4 Samarinda segera memberikan klarifikasi bahwa peristiwa tersebut terjadi di luar jam penggolongan kapal. Menurut keterangan Tim Humas Pelindo, Ali Akbar, insiden itu berlangsung sekitar pukul 23.00 Wita, di mana saat itu kapal tongkang tengah melakukan olah gerak tambat untuk menunggu jadwal penggolongan pada hari berikutnya.

Ali menjelaskan bahwa pada jam tersebut, aktivitas penggolongan di Jembatan Mahakam sudah dihentikan. Saat proses olah gerak, tali pengikat antara tugboat dan tongkang putus, sehingga tongkang hanyut terbawa arus menuju bawah jembatan. Upaya penahanan oleh tugboat tidak membuahkan hasil, hingga akhirnya pihak kapal meminta bantuan evakuasi kepada kepanduan Pelindo.

Pelindo kemudian mengerahkan dua kapal tunda untuk mengevakuasi tongkang yang sudah melewati kolong jembatan dan hampir mencapai Jety Pertamina. Evakuasi dilakukan di area sekitar Masjid Jami’ Darun Ni’mah, Karang Asam. Ali Akbar menegaskan, pihak Pelindo bertugas memastikan keselamatan pelayaran serta perlindungan lingkungan maritim di wilayah tersebut.

Sementara itu, Anggota DPRD Kaltim, Sapto Setyo Pramono, yang meninjau langsung lokasi, menyatakan keprihatinan mendalam. Ia menyoroti pentingnya menerapkan Perda Nomor 1 Tahun 1989 tentang zona steril di sekitar jembatan, yang menurutnya telah dilanggar. Sapto menilai insiden ini bisa masuk ke ranah pidana dan meminta pertanggungjawaban dari KSOP serta Pelindo. Ia juga mendesak diadakannya rapat darurat dan evaluasi menyeluruh, bahkan mengusulkan penutupan sementara penggolongan jembatan untuk mencegah korban jiwa, mengingat insiden tragis yang pernah terjadi di Jembatan Kutai Kartanegara.

Bursa Saham Paling Menguntungkan Sepanjang 10 Tahun Terakhir

Selama sepuluh tahun terakhir, pasar saham global menghadapi berbagai tantangan besar, mulai dari perang dagang yang dimulai pada 2018, dampak pandemi Covid-19 di 2020, hingga ketegangan perdagangan yang kembali memanas antara Amerika Serikat dan China. Meski demikian, bursa saham Amerika Serikat dan India berhasil mencatatkan pertumbuhan yang mengesankan, sementara pasar China malah mengalami penurunan yang signifikan.

Menurut data yang dirilis CNBC Research Indonesia, indeks NASDAQ di Amerika Serikat mencatatkan pertumbuhan terbesar dengan kenaikan 239,03% dalam sepuluh tahun terakhir, yang setara dengan Compound Annual Growth Rate (CAGR) sebesar 12,99%. Di posisi kedua, indeks SENSEX dari India mengalami pertumbuhan 190,06% (CAGR 11,24%), sementara S&P 500 di Amerika Serikat mengikuti dengan kenaikan 160,15% (CAGR 10,03%). Indeks Bovespa dari Brasil juga menunjukkan performa positif dengan kenaikan 142,27% (CAGR 9,25%).

Di sisi lain, indeks Dow Jones tumbuh sebesar 122,30% (CAGR 8,32%), diikuti oleh bursa saham Jerman, DAX, dengan kenaikan 83,33% (CAGR 6,25%) dan Jepang melalui Nikkei 225 sebesar 77,55% (CAGR 5,91%). Beberapa negara lain seperti Afrika Selatan, Kanada, dan Italia juga mencatatkan pertumbuhan meski di bawah 6%. Namun, pasar saham China mengalami penurunan yang cukup tajam. Indeks Shanghai Composite turun -24,19%, sementara Shenzhen Component anjlok hingga -31,82%. Indonesia sendiri mencatatkan kenaikan moderat sebesar 28,11% (CAGR 2,51%), sedikit lebih baik dibandingkan dengan Meksiko yang tumbuh 23,19% (CAGR 2,11%).

Industri Reasuransi Diharapkan Pulih Meski Hadapi Tekanan Berat di 2025

Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun (PPDP) Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Ogi Prastomiyono, mengungkapkan bahwa pendapatan premi reasuransi nasional tercatat sebesar Rp5,46 triliun hingga Februari 2025. Nilai tersebut mengalami penurunan sebesar 20,36 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu. Selain itu, sepanjang tahun lalu, industri reasuransi Indonesia juga mengalami defisit sebesar Rp12,10 triliun. Meski demikian, Ogi optimistis bahwa pada akhir 2025, premi reasuransi akan kembali mencatatkan kinerja positif.

Menurut Ogi, saat ini industri reasuransi tengah menghadapi tantangan berat akibat dinamika pasar yang kian kompleks, khususnya karena fenomena hardening market dan keterbatasan kapasitas reasuransi domestik. Hardening market, yang ditandai dengan kenaikan harga premi dan pengetatan syarat, masih terasa kuat terutama di sektor properti dan engineering. Sementara itu, kapasitas reasuransi nasional yang terbatas menyebabkan ketergantungan tinggi terhadap reasuransi luar negeri.

Saat ini, sekitar 40 persen dari total premi reasuransi Indonesia masih dialihkan ke luar negeri. Kondisi ini rentan terhadap dampak kebijakan global, seperti kenaikan tarif impor Amerika Serikat. Untuk memperkuat industri dalam negeri, OJK mendorong perusahaan reasuransi lokal untuk meningkatkan modal agar mampu menanggung risiko besar secara mandiri. Selain itu, penguatan tenaga ahli di bidang penilaian dan manajemen risiko juga menjadi fokus utama. Opsi lain yang diusulkan adalah pembentukan perusahaan reasuransi besar nasional untuk memperkokoh fondasi industri.

Jasindo Catat Laba Meroket di Tengah Seleksi Ketat Nasabah

PT Asuransi Jasa Indonesia (Asuransi Jasindo) berhasil membukukan pertumbuhan laba yang signifikan pada Maret 2025. Laba setelah pajak tercatat melonjak sebesar 256 persen secara tahunan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Jika pada Maret 2024 Jasindo mengantongi laba bersih sebesar Rp18,12 miliar, maka pada Maret 2025 angka tersebut mengalami peningkatan tajam.

Peningkatan kinerja ini tak lepas dari strategi kehati-hatian yang diterapkan perusahaan. Brellian Gema Widayana, selaku Sekretaris Perusahaan Jasindo, menjelaskan bahwa pihaknya lebih mengutamakan kualitas hasil underwriting dibandingkan dengan mengejar besaran premi semata. Pendekatan selektif ini menekankan pada pemilihan nasabah yang mampu memenuhi kewajiban kontraktual secara konsisten. Ia menggambarkan, dari sepuluh calon nasabah, hanya tiga yang dipilih karena memiliki reputasi yang baik dan dapat dipercaya untuk menunjang stabilitas keuangan perusahaan.

Selain itu, hasil underwriting pada Maret 2025 juga mengalami kenaikan sebesar 70 persen dibanding Maret 2024 yang sebelumnya berada di angka Rp68,69 miliar. Sementara itu, di bulan sebelumnya, yakni Februari 2025, Jasindo mencatatkan pertumbuhan laba yang lebih besar lagi, yakni 549 persen secara tahunan dari Rp10,81 miliar menjadi Rp70,16 miliar, disertai lonjakan hasil underwriting sebesar 128,44 persen.

Di tengah tantangan ekonomi global dan domestik, Brellian menyampaikan rasa syukurnya karena Jasindo tetap mampu menjaga stabilitas finansial sekaligus menunjukkan pertumbuhan di berbagai lini bisnis utama perusahaan.